Selasa, 22 Agustus 2017

Energi Berkeadilan #6: Peran Serta Masyarakat dalam Mewujudkan PLTS Terpusat

Energi Berkeadilan #6: Peran Serta Masyarakat dalam Mewujudkan PLTS Terpusat


Gambar 1. Gotong Royong Masyarakat Siring Gading

Hampir 100 % penduduk Siring Gading adalah masyarakat pendatang. Mereka berasal dari Kabupaten-Kabupaten lain yang ada di Provinsi Lampung. Siring Gading merupakan masyarakat multikultur. Mereka berasal dari berbagai suku yang berbeda. Penduduk Siring Gading adalah masyarakat pendatang yang terdiri dari 50 % Suku Sunda, 30 % Suku Jawa, sisanya merupakan Suku Lampung (Krui), Suku Bali dan Semendo. Keragaman ini terbentuk dari kesamaan nasib yang membawa mereka ‘terdampar’ di tanah nan subur di pinggiran Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Mereka datang dengan tujuan untuk membuka ladang. Kesamaan nasib ini menjadikan masyarakat Siring Gading menyadari akan pentingnya kebersamaan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap segala bentuk pembangunan yang ada di Pekon. Dalam setiap pembangunan yang ada di Pekon Siring Gading, misalnya: rabat jalan, pembuatan jembatan, pembuatan fasilitas umum, mereka sangat mengutamakan swadaya masyarakat. Termasuk dalam menyambut datangnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga (PLTS) Terpusat yang merupakan program dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2016.  

Pembangunan PLTS Terpusat merupakan sebuah proses yang menguras waktu, tenaga dan pikiran. Proses pembangunan PLTS Terpusat tentunya tidak akan terwujud apabila tidak adanya kerjasama yang baik di antara berbagai pihak. Pihak yang terlibat dalam proses pembangunan ini adalah Kementerian ESDM, Dinas Kabupaten, kontraktor pembangun serta masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan ini menjadi poin penting dalam mewujudkan PLTS Terpusat. Nantinya, masyarakat merupakan pengelola sekaligus pengguna PLTS Terpusat. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan PLTS menjadi poin penting yang tidak boleh ditinggalkan. Keterlibatan dalam setiap proses pembangunan adalah sebagai sebuah terapi agar masyarakat pun merasa memiliki PLTS Terpusat tersebut. Artinya, mereka diharapkan dapat menjaga dengan baik aset PLTS Terpusat tersebut karena PLTS tersebut adalah milik bersama yang telah diperjuangkan bersama-sama.

Secara umum, proses pembangunan PLTS Terpusat yang ada di Siring Gading, termasuk di tiga pekon lainnya yang ada di Wilayah Marga Belimbing dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Persiapan Lahan
2. Proses pengangkutan material tahap pertama yang meliputi tiang listrik dan konstruksi panel surya
3. Pembangunan konstruksi pembangkit dan pemasangan tiang-tiang listrik
4. Proses pengangkutan kabel-kabel jaringan
5. Pemasangan kabel-kabel jaringan
6. Proses pengangkutan material pembangkit dan instalasi rumah tangga
7. Pemasangan material pembangkit dan instalasi rumah tangga
8. Uji coba penyalaan PLTS Terpusat

Dalam proses pembangunan PLTS Terpusat, Pemerintah Pekon memiliki kewajiban dalam mempersiapkan lahan. Tidak semua pekon memiliki aset lahan yang sewaktu-waktu bisa dihibahkan untuk proses pembangunan. Pekon Siring Gading merupakan salah satu yang tidak memiliki lahan sendiri, sehingga mereka harus bahu-membahu dalam mengadakan lahan sebagai lokasi PLTS Terpusat.

Dari semua proses yang dilalui, proses yang sangat berat dalam proses pembangunan PLTS Terpusat adalah proses pengangkutan material menuju lokasi pembangunan. Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan sekali dalam proses pengangkutan material PLTS Terpusat ini. Hal tersebut karena masyarakatlah yang paling paham dan mengerti bagaimana akses yang ada di wilayah mereka. Mereka juga lebih paham, moda transportasi apa yang paling cocok digunakan untuk mengangkut material-material PLTS Terpusat. Terlebih, akses dari kecamatan menuju wilayah empat pekon harus melewati jalur yang sangat ekstrem. Satu-satunya moda transportasi yang setiap hari beroperasi adalah motor ojek dengan berbagai modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi alam. Kendaraan yang lain adalah gerobak sapi. Namun, melihat ukuran dan jumlah yang begitu banyak, nampaknya pemnafaatan moda transportasi yang biasa beroperasi sangat tidak memungkinkan. Bayangkan saja, salah satu material yang ada salah satunya adalah kabel dengan total beban satu gulung kabel adalah 800 kg. Padahal, beban maksimal yang biasa diangkut oleh gerobak sapi adalah sekitar 250 kg. Sementara itu, beban maksimal yang bisa diangkut oleh ojek motor berkisar 150 kg. Satu-satunya alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan moda angkutan laut. Namun, kendala utamanya adalah tidak adanya kapal yang setiap hari lalu lalang dari Pelabuhan Kota Jawa (pelabuhan terdekat dari kecamatan) menuju tepian Pantai Way Haru atau Pantai Karang Canggung.

Peran serta masyarakat selanjutnya yang merupakan tantangan terbesar dalam program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat adalah pasca pembangunan atau lebih tepatnya dalam fase operasi dan perawatan PLTS Terpusat. Masyarakat adalah pengguna sekaligus sebagai perawat PLTS Terpusat. Agar masyarakat paham secara teknis mengenai PLTS Terpusat, kontraktor yang bertanggung jawab dalam pembangunan fisik PLTS pun melibatkan masyarakat dalam proses perakitan PLTS. Pemerintah Pekon wajib memilih orang-orang terbaik yang ke depannya dapat dijadikan sebagai operator PLTS Terpusat. Orang-orang pilihan tersebut pun harus siap untuk memperbaiki PLTS Terpusat, jika suatu saat terdapat kerusakan dalam operasionalnya.

Pada akhirnya, kemajemukan masyarakat Siring Gading bukan menjadi halangan dalam proses pembangunan ini. Justru, kemajemukan tersebut menjadi senjata ampuh dalam kelancaran proses pembangunan PLTS. Walaupun mereka berasal dari suku yang berbeda-beda, mereka sadar bahwa kalau hanya mengeluh saja maka masalah tidak bisa diselesaikan. Melihat bahkan ikut merasakan apa yang mereka lakukan merupakan sebuah anugerah yang luar biasa, hati mereka masih merah putih walau mereka harus menjalani hari-hari dengan perih. Mereka memberikan pelajaran tentang kebhinekaan yang sebenar-benarnya. Begitulah sekelumit potret ke-bhineka-an di wilayah terisolir nan tertinggal di tepian Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua!

#15HariCeritaEnergi

#DiaryofPatriotEnergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar