Rabu, 28 Januari 2015

Hak Kekayaan Intelektual Produk-Produk Energi Terbarukan Yogyakarta


Pendahuluan
Yogyakarta adalah kota Pelajar. Julukan tersebut disebabkan di Yogyakarta terdapat beratus-ratus perguruan tinggi, sehingga setiap tahunnya secara rutin didatangi oleh mahasiswa-mahasiswa dari seluruh penjuru negeri. Rincian total Perguruan Tinggi tersebut adalah 112 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan 3 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada di semua Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2013, puluhan ribu mahasiswa baru terdaftar di perguruan tinggi di Yogyakarta, tercatat jumlah mahasiswa baru di beberapa kampus, misalnya: Universitas Gadjah Mada menampung 9.361 mahasiswa baru dan Universitas Negeri Yogyakarta menampung 5.642 mahasiswa baru. Pada tahun 2013, tercatat ada sekitar 310.860 mahasiswa berasal dari 34 provinsi di Indonesia yang belajar di Yogyakarta.
Julukan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar menyebabkan Yogyakarta memiliki daya tarik sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Inovasi. Mahasiswa dan Perguruan Tinggi berperan penting dalam penelitian-penelitian dan inovasi-inovasi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Peran mahasiswa dan Perguruan Tinggi, yang biasanya terwujud dalam program Kuliah Kerja Nyata berbasis Pengabdian Masyarakat, menyebabkan masyarakat terbiasa dalam melakukan kreasi dan inovasi. Ragam penelitian dan inovasi tersebut ada di semua sektor kehidupan, mulai dari: kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, pertanian dan teknologi. Salah satu wujud dari inovasi bidang teknologi adalah pengembangan teknologi energi terbarukan.
Pengembangan teknologi energi terbarukan menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan cadangan energi yang tidak diperbaharui yang jumlahnya semakin menepis. Berdasarkan data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005 yang dituangkan dalam Blueprint Pengelolaan Energi Nasional diperkirakan cadangan sumber daya alam penyedia energi, yaitu: minyak bumi Indonesia akan habis pada tahun 2023, gas akan habis pada tahun 2066 serta batu bara akan habis pada tahun 2152. Seperti diketahui bahwa energi merupakan kebutuhan primer dalam menunjang kehidupan manusia sehingga alternatif pengganti energi tak terbarukan harus segera siap untuk diaplikasikan sebelum energi tak terbarukan benar-benar habis. Pentingnya pemanfaatan energi terbarukan dikuatkan dengan adanya Peraturan Presiden nomor 25 tahun 2006 tentang target Pemerintah dalam penggunaan energi terbarukan sebanyak 17 % dari total penggunaan energi nasional pada tahun 2005.

Tabel 1. Perkiraan Cadangan SDA Tak Terbarukan

     Di sisi lain, upaya perlindungan terhadap beragam inovasi teknologi yang sudah dikembangkan sangat penting untuk dilakukan. Secara umum di Indonesia, kesadaran akan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) masih sangat rendah. Khusus di Yogyakarta, upaya Balai Pelayanan Bisnis dan Pengelolaan Kekayaan Intelektual Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) Daerah Istimewa Yogyakarta dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya HKI sudah gencar dilakukan. Salah satu upayanya adalah dengan mendukung terbitnya Pergub DIY tentang “JOGJAMARK” semua produk di Yogyakarta. Salah satu produk yang berpotensi untuk dimasukkan dalam “JOGJAMARK” tersebut adalah inovasi energi terbarukan karena tren penggunaan produk-produk energi terbarukan akan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya cadangan energi fosil.

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Produk-Produk Energi Terbarukan di Yogyakarta
Kekayaan Intelektual adalah kekayaan yang lahir dari dari hasil pemikiran atau kecerdasan manusia dan mempunyai manfaat ekonomi bagi kehidupan manusia. Hak Kekayaan Intelektual merupakan bentuk perlindungan hukum atas kekayaan intelektual. (Mufti, 2013). Tujuan dari HKI adalah memberikan kejelasan hukum bagi inventor dan pengguna invensi pada wilayah dan jangka waktu tertentu, memberikan penghargaan atas karya yang dihasilkan, mempromosikan hasil invensi dalam bentuk dokumen HKI kepada masyarakat, merangsang terciptanya upaya alih informasi melalui kekayaan intelektual serta alih teknologi melalui paten, memberikan perlindungan terhadap kemungkinan ditiru oleh fihak lain yang tidak berhak. HKI memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan daya saing produk serta mendorong penemuan-penemuan inovasi yang baru.
Yogyakarta memiliki berbagai inovasi-inovasi teknologi yang berkaitan dengan energi terbarukan, baik yang dikembangkan di kampus, Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun oleh masyarakat sendiri. Inovasi-inovasi tersebut berpotensi untuk didaftarkan sebagai paten. Pengembangan teknologi maupun produk tersebut beragam, mulai dari pemanfaatan energi surya, biomassa dan angin.
Tim Peneliti dari Jurusan Teknik Fisika, Universitas Gadjah Mada, mengembangkan pemanfaatan energi surya untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air di daerah perbukitan kapur dengan teknologi yang dikenal dengan Solar Water Pumping System (SWPS). SWPS tersebut terdiri dari panel surya sebagai penyedia energi listrik untuk menggerakkan pompa. SWPS sudah dikembangkan di beberapa tempat di Yogyakarta, antara lain di Panggang, Kabupaten Gunungkidul serta di Padukuhan Sureng, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.


Peneliti dari Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada, memproduksi konverter kit untuk mobil. Konverter kit tersebut dipasang di mobil agar mobil yang menggunakan bahan bakar premium bisa menggunakan bahan bakar gas. Harga alat konversi itu pun hanya sekitar Rp. 8-10 juta per unit, lebih murah dibanding alat konversi impor yang rencananya akan didatangkan dari Italia oleh Pemerintah yang mencapai Rp. 14 juta per unit.
Sementara itu untuk produk biomassa, briket arang olahan dari tempurung kelapa yang diproduksi warga Jurug, Desa Bangunharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipasarkan sampai ke Amerika. Industri tersebut membuat briket arang berbentuk kotak atau kubus dengan tiga macam ukuran, mulai dari ukuran sisi 2,5 cm sampai ukuran tiga centi meter tergantung permintaan pembeli sesuai peruntukkannya.
Masih banyak lagi produk energi terbarukan yang diproduksi di Yogyakarta. Namun produk-produk tersebut belum banyak yang didaftarkan sebagai HKI. Padahal, pengembangan teknologi energi terbarukan di dunia semakin semarak berkaitan dengan ketersedian energi tak terbarukan yang semakin menipis. Jessika Trancik, peneliti dari MIT, Luís Bettencourt dari SFI dan Jasleen Kaur dari Indiana University membangun pusat data paten energi bersih yang dikeluarkan oleh lebih dari 100 negara dalam periode 1970 hingga 2009. Secara keseluruhan mereka menganalisis lebih dari 73.000 paten terkait teknologi energi bersih. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dalam bidang energi terbarukan di Indonesia tentunya harus lebih segera gencar dilakukan agar penemuan-penemuan di bidang energi terbarukan segera mendapatkan jaminan hukum. Apalagi dalam menyambut datangnya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015, inovasi-inovasi teknologi khususnya yang berkaitan dengan energi terbarukan di Yogyakarta harus segera terdaftar dalam HKI, agar nantinya memiliki daya saing sehingga pasar dalam negeri tidak dijajah oleh produk-produk dari negara lain.

Simpulan
        Yogyakarta memiliki banyak produk-produk energi terbarukan yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi, UKM maupun masyarakat. Untuk melindungi produk-produk tersebut serta meningkatkan daya saing di pasaran, khususnya dalam persiapan menghadapi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2015, maka penting dilakukannya upaya dalam menjadikan produk teknologi energi terbarukan tersebut menjadi Hak Kekayaan Intelektual sekaligus sebagai aset “JOGJAMARK”.

Daftar Pustaka
Mufti, Nandang. 2013. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual. Disampaikan dalam Seminar Hak Kekayaan Intelektual, Paten dan Teknik Branding, BEM Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang pada tanggal 12 November 2013.

Senin, 26 Januari 2015

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Gambar 1. Ilustrasi Pemanfaatan Sinar Matahari

Sekarang ini, pemanfaatan sinar matahari untuk diubah menjadi energi listrik sudah banyak diterapkan di seluruh penjuru Indonesia. Di perkotaan maupun pedesaan, di daerah yang sudah terjangkau listrik PLN maupun yang belum, di pulau besar maupun pulau terpencil, tempat-tempat tersebut sudah banyak tersentuh pemanfaatan sinar matahari. Beberapa contoh pemanfaatan tersebut adalah untuk lampu lalu lintas, pengangkatan air serta penerangan. Pemanfaatan sinar matahari untuk diubah menjadi energi listrik tersebut biasanya menggunakan serangkaian teknologi yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dalam artikel ini akan disampaikan mengenai komponen-komponen PLTS.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan sinar matahari sebagai penghasil listrik. Komponen inti dari sistem PLTS meliputi: modul surya, solar charge controler, baterai, inverter dan beban. Gambar berikut menunjukkan bagian-bagian dari PLTS.

Sel Surya
           Sel surya merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem PLTS. Komponen ini berfungsi sebagai 'pemanen energi matahari'. Sel surya berfungsi untuk mengubah energi surya menjadi energi listrik. Fenomena fisika dari sel surya sangat mirip dengan dioda klasik (fenomena pn junction). Ketika sel surya atau biasa disebut dengan photovoltaic (PV) menyerap cahaya matahari, energi foton yang diserap kemudian dipindahkan ke sistem proton-elektron bahan, membentuk pembawa muatan yang dipisahkan oleh sambungan. Pembawa muatan dapat berupa pasangan elektron-ion pada cairan elektrolit atau pasangan elektron-hole pada bahan semikonduktor padat. Sisa daya foton yang tidak digunakan pembawa muatan akan menjadi panas dan hilang ke lingkungan.
Cahaya matahari ketika mengenai sel surya akan mengalami beberapa kondisi seperti ditunjukkan pada gambar berikut, yaitu:
1.   Cahaya matahari dipantulkan atau diserap oleh lapisan logam pada permukaan sel  surya.
2.      Dipantulkan oleh permukaan sel surya.
3.      Diserap oleh lapisan silikon.
4.      Dipantulkan keluar oleh lapisan bagian dalam sel surya.
5.      Diserap oleh lapisan silikon setelah dipantulkan.
6.      Diserap oleh lapisan logam bagian dalam.

Gambar 3. Perlakuan Sel Surya Terhadap Cahaya Matahari

Cahaya matahari yang diubah menjadi listrik hanya yang diserap oleh lapisan silikon sedangkan yang lain akan terbuang dalam bentuk pantulan maupun panas. Dalam pemilihan modul sel surya, hendaknya memilih yang memiliki lapisan silikon yang luas untuk lebih memaksimalkan dalam penangkapan cahaya matari dan mengubahnya menjadi listrik.
Sel surya sangat jarang digunakan sendiri. Biasanya, beberapa sel surya yang memiliki karakteristik yang sama saling dihubungkan untuk membentuk modul surya. Kemudian, beberapa modul surya disusun untuk membentuk panel surya. 

Gambar 4. Sel Surya, Modul, dan Susunan Panel Surya


Solar Charge Controller
Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur banyak sedikitnya arus searah yang masuk ke baterai dan juga menagmbil arus dari baterai ke beban. Selain itu, Solar Charge Controller juga berfungsi mencegah baterai dari overcharge dan kelebihan tegangan dari modul surya. Kelebihan voltase pada baterai akan mengurangi umur baterai. Charge controller menerapkan teknologi pulse width modulation (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban. Modul surya 12 volt umumnya memiliki tegangan output 16–21 volt. Jadi, tanpa solar charge controller, baterai akan rusak oleh overcharging dan ketidakstabilan tegangan. Baterai umumnya di-charge pada tegangan 14-14.7 Volt. Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut.

Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan daya yang dihasilkan oleh panel surya yang tidak segera digunakan oleh beban. Daya yang disimpan dapat digunakan saat periode radiasi matahari rendah atau pada malam hari. Baterai menyimpan listrik dalam bentuk daya kimia. Baterai memiliki dua tujuan penting dalam sistem PLTS, yaitu untuk memberikan daya listrik kepada sistem ketika daya tidak disediakan oleh panel surya serta untuk menyimpan kelebihan daya yang dihasilkan oleh panel surya.

Inverter             
Sistem tenaga surya mengubah radiasi surya menjadi arus listrik searah (DC). Inverter dibutuhkan untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik (AC), jika beban membutuhkan arus listrik bolak-balik. Tegangan masukan DC pada inverter adalah tegangan yang sama dengan tegangan baterai dan tegangan keluaran panel surya. Tegangan masukan DC pada inverter biasanya disebut dengan tegangan sistem yang bernilai 12 V, 24 V atau 48 V. Tegangan yang lebih tinggi akan membutuhkan arus listrik yang lebih rendah. Hal ini mampu mengurangi kehilangan daya pada kabel.

Beban
          Beban yang digunakan dalam sistem PLTS dibagi menjadi dua, yaitu beban direct current (DC) dan alternating current (AC). Beban DC merupakan beban yang menggunakan arus searah dalam pengoperasiannya. Contoh dari beban DC adalah lampu DC dan pompa DC. Sementara, beban AC merupakan beban yang memanfaatkan arus bolak-balik dalam pengoperasiaannya. Contoh beban AC adalah kulkas, lampu AC dan mesin pembuat es balok. Beban AC memanfaatkan arus yang keluar dari inverter untuk beroperasi.

Kamis, 22 Januari 2015

Panduan Perawatan Solar Home System


Solar Home Sistem (SHS) merupakan suatu rangkaian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam skala rumah tangga. Di Indonesia, teknologi ini biasanya dipasang di daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Hal tersebut merupakan suatu langkah Pemerintah dalam memperluas akses listrik ke masyarakat.

Setiap teknologi harus dirawat dengan baik agar dapat memiliki waktu penggunaan yang lama. Hal tersebut juga berlaku bagi teknologi SHS. Berikut merupakan poster panduan perawatan dan video pengecekan kerusakan SHS secara umum. SHS yang menjadi rujukan dalam panduan ini adalah SHS dengan panel surya berkapasitas 50 Wp; baterai berkapasitas 60 Ah; 1 buah kontroler serta 3 buah lampu TL (khusus DC) berkapasitas masing-masing 10 W. SHS tersebut berada di RT 02, Perkampungan Cari, Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Panduan-panduan tersebut dapat digunakan bagi teman-teman yang mau terjun di lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN), di desanya atau dimana saja yang terdapat SHS. Harapannya, dengan perawatan yang baik, teknologi yang merupakan salah satu wujud pemanfaatan energi terbarukan ini dapat beroperasi dengan baik. 

#RenewableEnergyuntukNegeri




Senin, 19 Januari 2015

Wisata Green Industry (WGI) Ala Semen Indonesia: “Mengapa Harus Green Industry?”


Gambar 1. Wisata Green Industry 2014

Kegiatan ini merupakan sebuah sarana edukasi bagi masyarakat umum mengenai kinerja PT Semen Indonesia sebagai perusahaan yang mementingkan aspek green dalam menjalankan bisnisnya beserta peran perusahaan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Di tengah berbagai kontroversi tentang pembangunan industri yang berbasiskan pertambangan, seperti kasus yang terjadi di Rembang mengenai rencana PT Semen Indonesia untuk membangun pabrik di daerah tersebut, PT Semen Indonesia berusaha untuk meyakinkan masyarakat bahwa proses produksi yang mereka lakukan bersahabat dengan alam. Mengenai green industry itu sendiri, PT Semen Indonesia mendapatkan berbagai penghargaan terkait usahanya dalam efisiensi & konservasi energi, pengelolaaan limbah B3 dan non B3, konservasi air dan menumbuh kembangkan keanekaragaman hayati. Usaha-usaha PT Semen Indonesia tersebut dapat dibaca pada sesi kunjungan pabrik yang terletak di Kabupaten Tuban. Dalam WGI yang berlangsung pada tanggal 13 Desember 2014, diperlihatkan secara langsung usaha PT Semen Indonesia dalam mewujudkan green industry. Ada dua lokasi yang dikunjungi dalam Wisata Green Industry kali ini, sebagai berikut.

1. R & D Handicraft: UKM Binaan PT Semen Indonesia

Gambar 2. R & D Handicraft

UKM yang terletak di Kabupaten Lamongan ini bergerak di bidang industri kreatif, lebih tepatnya mengenai pembuatan berbagai macam jenis tas, sepatu, tikar dan beberapa souvenir yang lainnya. Salah satu yang khas dalam pengembangan UKM ini adalah kerjasamanya dengan beberapa rumah tangga dalam penyediaan bahan baku berupa jalinan serat-serat enceng gondok sebagai bahan utama pembuatan tikar maupun tas. Selain menggunakan bahan baku enceng gondok, R & D juga menggunakan karung goni, daun pandan serta tempurung kelapa. Penggunaan bahan baku yang kebanyakan berasal dari bahan alami inilah yang menjadi branding dari R & D. Jika dilihat secara sepintas, show room yang dimiliki memang tidak begitu besar, namun siapa sangka bahwa UKM ini memiliki omset sekitar Rp. 700 juta dalam satu bulan dan memiliki sekitar 60an karyawan.


Gambar 3. Beberapa Produk di Show Room R & D Handicraft

Dalam menjalankan bisnisnya, bukan hanya sekedar berdasar jumlah pesanan dari produsen yang menjadi pertimbangan dalam mengirimkan produknya, namun komitmen rekanan bisnis juga menjadi pertimbangan dalam bekerja sama dengan pelanggannya. Pemilik lebih mementingkan konsumen yang memesan secara rutin dalam jangka waktu tertentu, sehingga omset keuntungannya dapat terjaga dengan konstan bahkan ditingkatkan lagi. Sementara, prinsip yang dijunjung oleh R & D dalam mengembangkan bisnisnya adalah jujur, pinter lan kendel. Jujur merupakan aspek yang sangat penting karena berkaitan dengan Tuhan Yang Mahakuasa serta kepercayaan dari pelanggan. Pinter berperan dalam kekreatifan pemilik akan inovasi dan variasi barang produksinya sehingga pelangan tidak bosan terhadap produk yang dihasilkan. Kendel yang dalam Bahasa Indonesia berarti “berani” adalah aspek yang dibutuhkan dalam menampilkan produknya untuk bersaing dengan produk-produk lain yang sejenis.


Gambar 4. Mitra Binaan Semen Gresik

Kemudian, apa peran PT Semen Indonesia dalam membantu mengembangkan UKM ini? PT Semen Indonesia melalui kegiatan Corporation Social Responsibility (CSR) memberikan pendampingan, pelatihan, hingga perluasan akses pasar melalui fasilitas promosi dan pameran bagi para UKM. Menurut keterangan yang disampaikan oleh Bapak Dody Arimawanto, pemilik R & D, kesempatan yang diberikan oleh PT Semen Indonesia untuk mengikuti pameran, baik yang berskala provinsi, nasional bahkan internasional, menjadikan R & D memiliki banyak pelanggan yang berasal dari daerah luar Lamongan bahkan hingga luar negeri, misalnya Arab Saudi dan Hongkong. Bentuk promosi melalui pameran ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengorbitkan produk-produk R & D. Tidak mengherankan jika di beberapa daerah wisata di Indonesia, seperti Bali dan Yogyakarta, terdapat produk-produk tas berbahan baku enceng gondok buatan R & D. Jangan heran lagi, jika misalnya saat membeli souvenir tas di Arab Saudi pada musim umroh atau haji menemukan produk-produk dari R & D.

2. Pabrik Semen Indonesia yang Berada di Tuban
Pabrik yang ada di Tuban adalah sebuah kompleks pabrik beserta dengan area pertambangan batu kapur dan tanah liat, area konservasi air serta (tidak ketinggalan) lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh warga sekitar pabrik. Ketika memasuki area ini, secara sepintas terlihat beberapa bangunan yang tinggi menjulang di antara pepohonan yang lainnya. Bangunan berwarna putih dengan berbagai bentuk menjadi penanda pertama memasuki area pabrik. Wisata Green Industry akan menjawab mengapa PT Semen Indonesia mendapatkan berbagai penghargaan yang berkaitan dengan konsep green industry.


Gambar 5. Selamat Datang di Pabrik Semen Indonesia, Tuban

Tempat pertama yang dikunjungi adalah jalanan menuju area pertambangan tanah liat. Sepanjang jalanan ini terdapat pepohonan yang sangat rindang. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Pemandu dalam WGI, selain sebagai penghijauan kawasan, pepohonan tersebut berfungsi sebagai penyerap polusi yang diakibatkan oleh proses produksi semen maupun akibat dari lalu lalang kendaraan pengangkut batu kapur dan tanah liat. Setelah dicari informasinya lebih lanjut, pepohonan tersebut adalah tanaman trembesi. Tanaman dengan julukan ”Ki Hujan” ini memiliki bentuk seperti payung yang membuat teduh dan asri area jalanan ini. Trembesi juga memiliki kemampuan mereduksi CO2 lebih besar dibandingkan pohon lain serta dapat menyerap air tanah dengan sangat kuat.



Lebih jauh lagi, terdapat lahan persawahan yang digunakan oleh penduduk sekitar untuk bercocok tanam. Air yang digunakan oleh para petani berasal dari embung yang terletak tidak jauh dari areal persawahan. Embung air tersebut juga berfungsi sebagai sumber air bagi berlangsungnya proses produksi pabrik dan kebutuhan air lainnya. Embung tersebut menjadi sangat penting keberadaannya bagi pabrik maupun masyarakat sekitar yang memiliki area persawahan.



Masih dari penjelasan yang disampaikan oleh Pemandu WGI, Embung tersebut merupakan bekas tempat penambangan tanah liat yang dirancang oleh PT Semen Indonesia sebagai sumber air pabrik beserta pertanian di sekitar pabrik. Produk salah satu bentuk penanganan area bekas tambang tersebut menjadi berkah tersendiri bagi para petani di lingkungan pabrik. Pada mulanya, para petani hanya panen satu kali dalam setahun karena hanya memanfaatan pengairan ketika musim hujan. Setelah adanya embung tersebut, Para petani bisa panen lebih dari satu kali dalam setahun. Di sisi lain, PT Semen Indonesia juga melakukan pengawasan kondisi mata air alami yang berada di sekitar area pertambangan. Pengawasan tersebut bertujuan agar kondisi mata air alami yang berada di sekitar area pertambangan tidak terganggu atau bahkan rusak oleh keberadaan aktivitas pertambangan. Pengawasan tersebut meliputi ketinggian air, debit air, kandungan fisik dan kimia air.
Usaha-usaha PT Semen Indonesia, mulai dari penanaman berbagai keanekaragaman hayati serta usahanya dalam konservasi air merupakan komitmen terhadap salah satu aspek green industry, yaitu: konservasi air dan menumbuh kembangkan keanekaragaman hayati.
Tempat kedua yang dikunjungi adalah area pabrik. Seperti yang sudah disampaikan, pada awal jumpa pertama dengan area pabrik, pemandangan yang sangat menonjol adalah bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di antara pepohonan. Kali ini, bangunan-bangunan tersebut dapat dilihat dari jarak yang sangat dekat. Bangunan-bangunan tersebut merupakan tempat pengolahan bahan baku berupa tanah liat dan batu kapur menjadi produk semen. Nampak sedikit ada butiran-butiran debu beterbangan yang merupakan serbuk semen. Oleh karena itu, dalam area pabrik ini para pengunjung dilengkapi dengan masker serta helm sebagai salah satu perlengkapan safety.


Sebelum mendekat ke arah plan pabrik, pengunjung akan disambut oleh tugu yang tepat berada di persimpangan jalan sebagai simbolisasi pabrik ini. Pabrik di Tuban terdiri dari berbagai plan utama seperti crusher sebagai tempat penghancuran bahan baku, tempat penyimpanan bahan baku, raw mill sebagai tempat penggilingan dan pengeringan bahan baku, blending silo sebagai tempat pencampuran dan homogenisasi bahan baku. Kemudian ada pre-heater yang digunakan untuk pemanasan awal, rotary kiln yang digunakan untuk pembakaran, pendinginan menggunakan clinker, ball mill untuk penggilingan akhir serta packer untuk membungkus semen yang sudah siap didistribusikan. Plan-plan tersebut terangkum secara megah di kompleks bangunan pabrik dengan diselingi beberapa pohon.
Dalam operasionalnya, plan-plan tersebut membutuhkan energi, seperti bahan bakar maupun energi listrik. Khusus energi listrik, untuk mengurangi ketergantungan listrik dari PLN, Semen Indonesia membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan panas gas buang atau biasa disebut dengan Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG). Pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan panas buang ini merupakan salah satu usaha penghematan pengeluaran perusahaan sekaligus dalam rangka untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik yang berasal dari bahan bakar tak terbarukan. WHRPG juga berperan dalam pengurangan emisi gas CO2 akibat penggunaan bahan bakar tak terbarukan serta pengurangan emisi gas buang ke udara sekitar. Selain digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik, panas buang tersebut juga digunakan untuk pengeringan bahan baku. Lain lagi pada proses pembakaran, pabrik di Tuban menggunakan berbagai macam bahan biomassa yang berasal dari limbah pertanian, seperti (sekam padi, bongkol jagung dan sabut kelapa, serta limbah industri kayu dan industri tembakau, sebagai pengganti batu bara. Pemanfaatan limbah-limbah tersebut (panas buang serta biomassa) merupakan salah satu pemenuhan aspek green industry, yaitu: efisiensi & konservasi energi.


Gambar 9. Debu Membuatku Menjadi Abu-Abu (?)

Begitu halnya industri yang lain, pabrik semen ini juga menghasilkan limbah. Menurut laporan kinerja perusahaan, sekitar 60 % limbah yang dihasilkan mampu diubah menjadi energi, 30 % menjadi pupuk, 10 % terbuang menjadi timbunan. Salah satu limbah yang sebenarnya merupakan produk semen adalah debu-debu yang beterbangan di area pabrik. Menurut pemandu WGI, semakin banyak debu-debu tersebut beterbangan berarti semakin banyak uang yang terbuang secara sia-sia. Debu tersebut merupakan sumber uang pabrik selain tentunya menjadi polusi bagi para pekerja. Nampak jelas butir-butir debu beterbangan yang bisa dengan mudah diindera oleh mata para pengunjung. Barangkali, debu-debu tersebut yang membuat bangunan-bangunan pabrik berwarna abu-abu. Untuk menanggulanginya, ada beberapa usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan. Salah satunya adalah dengan memasang alat seperti cyclone, conditioning tower, bag house filter serta electrostatic precisipator. Alat tersebut berfungsi untuk meminimalisir serbuk semen yang berterbangan keluar dari plan. Langkah lain adalah dengan menanam beberapa pohon di sekitar plan.

Sementara itu, pada dapur pembakaran pada proses co processing yang bersuhu mencapai 1400 oC digunakan untuk membakar limbah jenis logam berat (limbah B3) sehingga menjadi senyawa oksida yang tidak membahayakan lingkungan, namun dapat meningkatkan kualitas semen yang dihasilkan. Limbah B3 yang lain, berupa pelumas bekas, dikelola dengan pemanfaatan kembali untuk pelumasan peralatan pabrik yang tidak memerlukan minyak pelumas berkualitas baik. Sedangkan pelumas bekas yang tidak lagi bisa dimanfaatkan lagi serta minyak gemuk bekas pakai, akan dicampur dengan oil sludge untuk dibakar dan digunakan sebagai alternatif bahan bakar. Sementara, limbah padat yang tidak termasuk kategori B3 berupa material rusak (material dari proses produksi semen pembuatan semen yang gagal) dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Pengolahan limbah-limbah tersebut melengkapi persyaratan pengelolaaan limbah B3 dan non B3 sehingga PT Semen Indonesia mendapat label green industry.
Selepas berkeliling di area pertambangan, konservasi air serta area pabrik, rombongan peserta menuju Semen Indonesia Corporate University-Center of Dynamic Learning. Di tempat yang merupakan pusat pembelajaran dan pembekalan di area pabrik Tuban ini, disampaikan mengenai PT Semen Indonesia secara garis besar, Rencana Pengembangan PT Semen Indonesia, serta yang tidak kalah menarik, yaitu Program CSR PT Semen Indonesia. Sebagai penutup Wisata Green Industry periode kali ini diisi dengan sesi tanya jawab serta pembagian hadiah.

Gambar 11. Mari Kita Diskusi

Banyak hal yang disampaikan oleh beberapa pembicara mengenai industri semen di Indonesia. Dari penjelasan mengenai Semen Indonesia secara umum, dapat diketahui bahwa PT Semen Indonesia merupakan salah satu industri semen yang terbesar di Asia Tenggara. Semen Indonesia sendiri terdiri dari Semen Padang, Semen Tonasa, Semen Gresik (termasuk di dalamnya pabrik Tuban) serta ekspansi bisnis ke Vietnam dengan akuisisi Than Long Cement. Kapasitas produksi Semen Indonesia akan semakin besar karena ada rencana untuk ekspansi bisnis dengan pendirian pabrik semen di Myanmar (meskipun masih terkendala dalam proses negosiasi akhir). Pada tahun 2016, Semen Indonesia juga menargetkan pembangunan pabrik di Timur Tengah dan Afrika dikarenakan permintaan produk yang sangat tinggi dari kawasan tersebut. Langkah-langkah tersebut merupakan suatu usaha perusahaan dalam menghadapi era ASEAN Economic Community (AEC) yang akan dimulai pada akhir 2015.  

Lain lagi di dalam negeri, Semen Indonesia berencana untuk menambah kapasitas produksinya dikarenakan kebutuhan semen di dalam negeri. Kebutuhan semen meningkat seiring dengan semangat pembangunan khususnya di daerah-daerah terpencil maupun perbatasan. Belum lagi, sebagai negara yang besar, ternyata rasio kebutuhan semen per orang di Indonesia sangat rendah, yaitu 223 kg/capita, jauh di bawah Tiongkok, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Oleh karena itu, PT Semen Indonesia berencana untuk menambah pabrik barunya, salah satunya berada di Rembang, Jawa Tengah.


Rencana pembangunan pabrik di Rembang tersebut ternyata menuai pro kontra. Kontra muncul dikarenakan timbulnya kekhawatiran dari masyarakat bahwa pembangunan pabrik akan banyak berdampak pada lingkungan, salah satunya keberadaan sumber air. Di sinilah barangkali salah satu manfaat kegiatan Wisata Green Industry ini, yaitu sebagai sarana untuk mengenalkan PT Semen Indonesia sebagai perusahaan yang tidak hanya berbasiskan keuntungan (profit) tetapi juga mementingkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar (people) dan peduli terhadap lingkungan (planet) dengan penggunaan teknologi yang bersahabat dengan alam. Profit, people dan planet merupakan slogan yang digunakan oleh PT Semen Indonesia dalam operasionalnya.




Pada sesi pengenalan rencana pembangunan pabrik baru di Rembang, diperlihatkan penggunaan teknologi yang modern yang ramah lingkungan dalam industri semen. Pabrik tersebut dirancang agar terjadi pengurangan konsumsi batubara, bahan bakar minyak dan listrik serta pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 80.000 ton CO2 per tahun. Rancangan pabrik dipresentasikan dengan animasi 3D yang sangat menarik dan mudah dipahami. Di samping proses otomasi pengiriman hasil tambang batu kapur dan tanah liat menggunakan sistem downhill long belt conveyor sehingga menghemat konsumsi listrik mencapai 20 % dibandingkan dengan desain standar, diperlihatkan juga proses penghijauan lahan pascapenambangan dengan sangat menarik. Penghijauan dilakukan dengan sistem blok dalam satu area penambangan. Jika penambangan pada satu blok selesai dilakukan, maka proses penghijauan langsung dilakukan. Sehingga, penghijauan dilakukan tanpa menunggu semua area penambangan gundul. Lain lagi dengan penggunaan teknologi, Semen Indonesia juga berencana untuk melibatkan sebanyak mungkin masyarakat sekitar pabrik untuk dijadikan karyawan PT Semen Indonesia. 
Terakhir, disampaikan mengenai program Corporation Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap kegiatan sosial masyarakat. Tujuan utama dari program CSR yang dilakukan adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu contoh dari kegiatan CSR yang telah dilakukan adalah melakukan pembinaan UKM seperti yang telah dilakukan terhadap R & D Handicraft. Usut punya usut, ternyata ada sekitar 12 ribu mitra binaan dengan omset sekitar 800 Milliar. Selian itu, ada juga program Wirausaha Muda Kokoh yang merupakan program kompetisi wirausaha yang diselenggarakan oleh PT Semen Indonesia yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Program ini dikhususkan kepada para wirausahawan muda di Indonesia. Berbagai komitmen PT Semen Indonesia dalam menjalankan kewajiban CSR, antara lain di bidang pendidikan, permodalan, pelestarian lingkungan dan energi membuahkan hasil dengan diterimanya penghargaan Antaranews CSR Award pada tahun 2014.
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh PT Semen Indonesia, baik yang dapat dilihat secara langsung pada kegiatan WGI ini maupun yang telah dijelaskan pada sesi diskusi, membuahkan hasil dengan diberikannya beberapa penghargaan, antara lain: penghargaan Green Award 2013 kategori perusahaan pelestari sumber daya air, pelestari energi terbarukan, pelestari keanekaragaman hayati, pelopor pencegahan polusi. Selain itu, Penghargaan kategori ASEAN Energy Management Award dan ASEAN Coal Award oleh ASEAN Center For Energy. Perusahaan juga meraih Proper Emas sebagai penghargaan tertinggi bidang lingkungan yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Jawaban atas pertanyaan “Mengapa harus green industry?” dapat terjawab oleh kegiatan WGI ini. WGI ini tentunya sangat bermanfaat dalam edukasi PT Semen Indonesia terhadap masyarakat. Edukasi ini diharapkan dapat membangun persepsi bahwasanya industri yang dibangun tidak melulu beroperasi hanya untuk kebutuhan manusia saja, namun untuk keberlangsungan alam untuk generasi selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan bahwa kegiatan ini dapat menginspirasi perusahaan maupun industri lain agar dapat mengedepankan prinsip green industry dalam operasionalnya. Tidak lupa, dengan diadakannya kegiatan ini secara rutin, diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi secara langsung mengenai operasionalnya sebuah perusahaan.
Salam GREEN INDUSTRY!!!


[1] Alamsyah, Ichsan E., 2014. Wow Semen Indonesia Memiliki 12ribu UKM Mitra Binaan. Diakses dari:

[2] CSR Semen Gresik. 2012 . Pengelolaan dan Pengolahan Limbah. Diakses dari: http://csrsemengresik.com/index.php/2012-05-25-11-44-21/pengelolaan-dan-pengolahan-limbah.

[3] Polakitan, Karel A. 2014. PT Semen Indonesia Mendapatkan Antaranews CSR Award. Diakses dari: http://www.antaranews.com/berita/445091/pt-semen-indonesia-raih-antaranews-csr-award 

[4] Semen Indonesia. 2014. Kinerja PT Semen Indonesia Persero Tbk Terus Meningkat Menunjukkan Keberhasilan Transformasi. Diakses dari: 

[5] Semen Indonesia. 2014. Pengembangan Proses. Diakses dari:

[6] Semen Indonesia. 2013. Presentation: The Prospect of Indonesia Cement Industry. Gresik: PT Semen Indonesia.

[7] Solecha, Dewi Zumrotus. 2014. AEC 2015, Semen Indonesia Ekspansi ke ASEAN dan Afrika. Diakses dari: http://surabayanews.co.id/2014/10/31/4986/aec-2015-semen-indonesia-lakukan-ekspansi-ke-asean-dan-afrika.html.

[8] Suara Pembaruan. 2014. Semen Indonesia Raih Penghargaan Green Industry. Diakses dari:


[9] Wikipedia. 2014. Ki Hujan. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_hujan.