Selasa, 18 November 2014

Nyempil di Hamparan Samudera Kehidupan

Nyempil di Hamparan Samudera Kehidupan



Kita bagaikan satu butiran hujan di antara hujan gerimis yang mengguyur panasnya kota di hari ini.

Kita bagaikan satu butiran pasir di antara bertakhingga pasir yang terhampar indah di sebuah pantai berpasir putih.

Kita bagaikan sebuah buih yang terombang-ambing di tepian dermaga pelabuhan para nelayan di antara buih-buih yang terhampar di seluruh samudera yang menjadi bagian terbesar Bumi kita tercinta.

Kita hanya bagian kecil di Planet Bumi, sementara Bumi hanyalah bagian dari sistem tata surya dengan Matahari sebagai pusatnya. Matahari sendiri bergerak mengelilingi pusat galaksi Bimasakti. Di luar Galaksi Bimasakti, masih banyak galaksi-galaksi lain yang bergerak bersama untuk mengelilingi pusat cluster-nya. Banyak sekali cluster-cluster yang menyusun alam semesta ini. Kita hanyalah bagian yang sangat kecil di alam semesta ini.

Sementara, seberapa besar pengorbanan yang telah kita lakukan? Bagi kehidupan ini? Bagi Alam semesta ini? Bagi Bumi ini? Bagi Negara tercinta ini? Bagi sekitar kita? Atau bahkan bagi diri sendiri?




Hujan, sebagai Pengingat


Hujan, sebagai Pengingat

Hujan mengingatkan akan banyak peristiwa di masa kecil. Pada waktu itu, sering sekali ‘mencuri-curi’ kesempatan agar bisa hujan-hujanan.  Main bola dan kejar-kejaran di sawah merupakan permainan yang sangat menarik pada waktu itu. Hujan merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi sebagian besar anak kecil, khususnya bagi yang hidup di desa yang di sana masih terdapat sawah-sawah. Sawah merupakan tempat favorit untuk sekedar bermain kejar-kejaran atau dorong-dorongan sampai lempar-lemparan lumpur. Hujan yang sangat favorit bagi anak-anak adalah hujan yang butir-butir airnya tidak sebesar biji jagung yang bisa membuat sakit jika terkena badan apalagi wajah. Tidak juga terlalu kecil, hanya gerimis, karena gerimis relatif lebih sering membuat demam. Hujan yang favorit juga terbebas dari guntur, petir dan angin. Suara guntur dan kilatan petir merupakan sebuah momok yang menakutkan bagi anak-anak yang biasanya jika kilatan petir dan gemuruh guntur datang, anak-anak langsung bersembunyi sambil merunduk serta menutup telinga dengan kedua tangannya. Hujan juga mengingatkan akan merdunya suara katak yang saling bersahutan. Belum lagi suara jangkrik beserta orong-orong yang menambah harmonis senandung alam di pedesaan. Hujan akan membuat semakin nikmat dalam menyeruput teh hangat serta menyantap potong pisang goreng atau kadang-kadang tempe mendo dengan beberapa buah cabai atau tela goreng jika dibandingkan dengan waktu-waktu yang lainnya. Hujan memang mengundang rindu akan masa kecil dan kampung halaman. Terkadang, kalau memang tidak bisa “mencuri” waktu untuk hujan-hujanan, masih ada permainan imajinasi yang mengasyikkan. Berdiri di bawah tepian atap rumah atau bisa dari balik jendela, lalu pandangi barisan rintik hujan yang jatuh dari atap rumah, maka kau akan merasakan seolah-olah sedang terbang ke angkasa.
Namun, hujan sekarang seakan-akan menjadi suatu penghambat, sewaktu-waktu kita mencela hanya karena takut basah jika mau bepergian. Atau sekedar kesulitan dalam menjemur pakaian. Atau dijadikan alasan untuk membatalkan suatu janji. Bahkan hujan dijadikan kambing hitam agar kita menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Atau alasan-alasan lain yang mengatasnamakan hujan. Seakan-akan hujan itu menakutkan, padahal pada waktu kecil, hujan itu sangat mengasyikkan. Bagi para petani atau daerah-daerah lain yang mengandalkan air hanya dari air hujan dengan perlengkapan PAH (Penampungan Air Hujan)-nya hujan merupakan suatu anugerah yang sangat luar biasa. Hujan sangat berarti bagi mereka. Dengan datangnya musim hujan, maka tidak ada uang lagi yang dikeluarkan untuk membeli satu tangki air yang berisi 6.000 Liter seharga sekitar Rp. 150.000,00. Hujan juga menggemburkan tanah ladang milik mereka yang artinya adalah waktunya menanam padi. Bagi mereka, menanam padi hanya bisa dilakukan pada musim penghujan saja, satu kali selama satu tahun. Air gratis beserta waktu tanam padi bagi misalnya warga yang tinggal di daerah perbukitan karst di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul merupakan kenikmatan dari turunnya hujan.
Di sini, bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan, hujan seakan-akan mengguyur panasnya suhu udara. Meredam suasana yang panas sepanjang hari, bahkan barangkali turut serta dalam meredam emosi yang berkecamuk di Ibukota. Memang tidak bisa dipungkiri, pada saat tertentu, bahkan banyak terjadi di kota-kota yang ada di Indonesia, hujan menjadi pemicu datangnya banjir. Beberapa daerah bahkan terkena banjir bandang. Tapi apakah itu karena hujan? Bukankah sebagian besar dari kita sering membuang sampah sembarang? Atau bahkan yang dijadikan tempat sampah adalah sungai, selokan, tempat saluran air? Lalu, bagaimana dengan terjadinya banjir bandang? Adakah yang pernah melakukan penebangan hutan secara sembarang? Adakah yang pernah melakukan sesuatu yang menyebabkan kerusakan hutan?

Hujan tak pernah salah, hujan turun sebagai rahmat dari-Nya. Hujan membasahi tanah-tanah yang kering sehingga menumbuhkan tanaman-tanaman. Dari tanaman tersebut, terbentuklah buah-buah atau yang lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Tiadalah pantas kita menghardik, mencerca, menyalahkan, mengkambinghitamkan hujan. Yang seharusnya kita lakukan adalah berdoa, bermunajat kepada Yang Mahakuasa, agar diturunkan hujan yang bermanfaat.


Sabtu, 25 Oktober 2014

Peran Teknologi Nuklir dalam Mendukung Era ASEAN Economic Community (AEC) 2015


Ilustrasi Nuklir [sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/teknologi-nuklir-tangsel-dilirik-organisasi-dunia-asal-korsel.html]

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan suatu komunitas bagi negara-negara di kawasan ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi efektif untuk perdagangan dan investasi. Teknologi nuklir memiliki peranan dalam beberapa sektor, antara lain: pertanian, peternakan, kesehatan dan infrastruktur. Teknologi nuklir berperan dalam meningkatkan kualitas produk maupun jasa yang sangat dituntut dalam persaingan AEC. Dalam AEC, suatu produk dituntut untuk memiliki kualitas yang unggul dan harganya dapat bersaing.
Dalam sektor industri pertanian dan peternakan, teknologi nuklir berperan dalam menghasilkan bibit-bibit pertanian yang unggul. Teknologi nuklir mampu menghasilkan padi dengan umur produksi lebih singkat, kuantitas panen tinggi, dan tak mudah rontok oleh serangan hama, seperti yang sudah berhasil dikembangkan oleh BATAN. Selain itu teknologi nuklir dapat digunakan untuk proses pengawetan makanan. Teknologi nuklir juga mampu untuk menghasilkan suplemen ternak yang dapat meningkatkan nafsu makan ternak, meningkatkan produksi dan reproduksi. Dari itu semua, nantinya didapatkan produk pertanian dan peternakan yang unggul sehingga dapat bersaing dalam aliran perdagangan di AEC.
Dalam bidang infrastruktur, teknologi nuklir berperan dalam pembangkitan energi listrik. Dalam pembangkitan energi listrik, PLTN merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, menggantikan pembangkit listrik yang selama ini memanfaatkan bahan bakar minyak maupun batu bara. Terlebih di Pulau Kalimantan, terdapat sekitar 70.000 ton uranium dan 117.000 ton Thorium yang merupakan bahan baku PLTN. Dengan memanfaatkan teknologi nuklir untuk membangkitkan listrik, diharapkan rasio elektrifikasi di dalam negeri dapat tercukupi sehingga menghindarkan Indonesia untuk membeli energi listrik dari negara tetangga. Selanjutnya, jika energi listrik di dalam negeri berlebih, maka dapat dijual ke negara-negara tetangga. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan dibangunnya jaringan listrik interkoneksi di seluruh penjuru ASEAN.
Di bidang kesehatan, radioisotop yang merupakan salah satu produk dari teknologi nuklir digunakan dalam dunia medis untuk mendeteksi suatu penyakit. Kebutuhan negara-negara di ASEAN akan radioisotop meningkat setiap hari. Indonesia melalui Industri Nuklir Indonesia (INUKI) mampu menghasilkan radioisotop dengan pengayaan tingkat rendah. Hal tersebut merupakan penemuan yang pertama di dunia, sehingga Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam menguasai pasar radioisotop, bukan hanya di kawasan ASEAN namun di seluruh dunia.

Peran teknologi nuklir tersebut diharapkan mampu untuk menyokong beberapa sektor dalam pelaksanaan AEC yang akan dimulai pada tahun 2015, khususnya bagi bangsa Indonesia sehingga Indonesia mampu menjadi salah satu negara produsen terbesar bukan hanya menjadi negara konsumen.

Jumat, 17 Oktober 2014

Ideku untuk PLN: Peran PLN dalam Mewujudkan Catur Dharma Energi

Ideku untuk PLN: Peran PLN dalam Mewujudkan Catur Dharma Energi


Gambar 1. Berbagai Respon Masyarakat dalam Menyikapi Pemadaman Listrik Melalui Media Twitter

Berdasarkan gambar 1, sangat beragam respon dari masyarakat dalam menyikapi pemadaman listrik yang dilakukan PLN.

“Mari hemat dalam menggunakan listrik, matikan lampu jika tidak digunakan.” Kurang lebih seperti itu bunyi iklan PLN dalam mengkampanyekan gerakan hemat energi listrik.

Satu hal yang unik adalah hanya Perusahaan Listrik Negara (PLN), pelaku bisnis yang menghimbau konsumennya agar tidak banyak-banyak menggunakan produk jasanya.


Gambar 2. Ribuan Warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah Melakukan Aksi Menolak Rencana Pembangunan PLTU di Jalan 


Di saat kondisi ketersediaan pasokan listrik yang dimiliki oleh PLN kurang, secara otomatis akan dilakukan pemadaman listrik. Seketika, para pelanggan PLN melakukan protes. Seperti tidak melihat kondisi di luar sana, banyak pelanggan lain yang mengalami penyalaan listrik secara bergilir, bukan pemadaman bergilir dikarenakan waktu menyalanya listrik lebih sebentar dibanding mati listriknya. Bahkan, lebih banyak lagi (calon) pelanggan yang tidak menikmati nyalanya listrik PLN di daerah-daerah perbatasan maupun tertinggal di seluruh penjuru Nusantara. Parahnya, kondisi pasokan listrik PLN yang sangat terbatas tersebut tidak mempermudah PLN dalam pembangunan pembangkit baru. Terjadi penolakan dimana-mana apabila PLN ingin membangun pembangkit, seperti yang terjadi sekarang ini di Batang, Jawa Tengah (Lihat Gambar 2). Padahal sudah jelas bahwa pembangunan pembangkit listrik tersebut diperuntukkan bagi para konsumen listrik yang berstatus sebagai pendemo tersebut juga. Terjadi hal yang sangat kontradiktif, usaha PLN untuk memperbesar kapasitas pembangkitnya ditentang oleh para pelanggannya sendiri. Sekilas sebagai pembuka mengenai sesuatu yang dilematis bagi PLN.

Dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja PLN, khususnya dalam kualitas pelayanan dan penyediaan listrik bagi masyarakat, perlu dilakukan berbagai upaya ataupun gagasan bagi PLN. Gagasan maupun upaya yang bisa dilakukan PLN dalam mengatasi berbagai kendala yang dihadapi yang berkaitan dengan penyediaan kapasitas energi listrik sejalan dengan Catur Dharma Energi (Kepmen ESDM No. 4051 K/07/MEM/2013) yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. PLN memiliki posisi yang strategis untuk membantu dalam mewujudkan Catur Dharma tersebut. Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa listrik erat kaitannya dengan energi fosil. Sekitar 91 % pembangkit yang dimiliki oleh PLN membutuhkan energi fosil, mulai dari batubara, minyak bumi maupun gas alam (Wardiyono, 2014). Lebih detail mengenai implementasi peran serta PLN dalam Catur Dharma tersebut sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PLN dirinci sebagai berikut.


Gambar 3. Catur Dharma Energi

Catur Dharma 1: Tingkatkan Produksi Migas dan Catur Dharma 2: Kurangi Pemakaian dan Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) 

Catur Dharma 1 dan 2 berkaitan erat dengan bahan bakar fosil. Selain sektor transportasi, pengguna BBM terbesar adalah sektor pembangkitan energi listrik. Di sini peran PLN adalah dalam mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakar pembangkitan energi listrik.

Penggunaan Biodiesel sebagai Pengganti Solar pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 

Seperti diketahui banyak sekali pembangkit listrik milik PLN yang menggunakan bahan bakar solar untuk menggerakkan PLTD. Berdasarkan data yang dilansir oleh PLN, pembangkitan listrik yang berasal dari PLTD sekitar 12 % dari total pembangkitan listrik oleh PLN pada tahun 2013. Terlebih di daerah-daerah yang terletak jauh dari pulau-pulau besar, pembangkit listrik yang digunakan adalah PLTD. Keberadaan solar yang langka dan mahal merupakan kendala tersendiri bagi PLTD yang ada di daerah-daerah terpencil, semisal yang ada di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Utara. Beberapa PLTD tidak bisa beroperasi karena ketersediaan dan harga solar yang sangat mahal.

Biodiesel merupakan bahan bakar mesin diesel sebagai pengganti solar. Biodiesel dapat diproduksi dari berbagai macam limbah industri, misalnya limbah industri sawit maupun limbah industri gula yang banyak tersedia di Indonesia. Selain itu, masih banyak tersedia limbah pertanian yang dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Apalagi biodiesel sudah digunakan sebagai campuran 10 % solar yang beredar di SPBU sebagai bahan bakar kendaraan motor bermesin diesel sesuai dengan mandatori yang dikeluarkan Kementerian ESDM. Hal ini diperkuat dengan langkah Pemerintah yang ingin menggalakkan produksi bioenergi sebagai garda terdepan dalam peningkatan penggunaan energi terbarukan. Sekitar 20 % komposisi energi terbarukan  berasal dari bioenergi, termasuk di dalamnya adalah biodiesel. Seperti diketahui bahwa target Pemerintah pada tahun 2025 mengenai bauran energi nasional, sebesar 23 % dari total penggunaan energi berasal dari energi terbarukan.

Catur Dharma 3: Dorong Masif Pengembangan EBT

Pembangunan Pembangkit Berbasis EBT (Energi Baru Terbarukan)

Pembangunan pembangkit berbasis EBT sangat cocok dibangun di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam potensi energi terbarukan. Sumber EBT tersebut antara lain adalah Panas Bumi, Energi Air, Bioenergi, Surya serta Energi Samudera. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau tidak memungkinkan hanya membangun pembangkit di satu tempat saja karena terkendala masalah distribusi listrik. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan pembangkit di tempat-tempat tertentu yang tidak terjangkau jaringan distribusi. Karakter ini sangat cocok dengan keberadaan sumber energi terbarukan di Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis EBT sangat cocok untuk dibangun di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau akses energi listrik.

Penawaran Paket Pelayanan Solar Home System (SHS) bagi Skala Rumah Tangga



Gambar 4. Solar Home System Berkapasitas 50 Wp untuk Penerangan di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul [Sumber: Dokumentasi Tim PKM M Perawatan Solar Home System UGM tahun 2013]

Sektor rumah tangga merupakan salah satu konsumen terbesar PLN. Berdasarkan Data Renstra BPPT (2010-2015) hampir 30,1 % dari kebutuhan energi nasional dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sehingga pemanfaatan energi terbarukan bagi rumah tangga merupakan sasaran yang sangat tepat. Untuk mengakomodir hal tersebut, PLN bisa memberikan alternatif bagi konsumen rumah tangga berupa paket pelayanan jasa pembangunan instalasi pembangkit energi terbarukan untuk sektor rumah tangga. Misalnya dengan menawarkan paket Solar Home System dengan berbagai kapasitas daya kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Di sini PLN berperan sebagai pihak yang membantu dalam mengadakan sekaligus berperan sebagai pemberi service jika dalam penggunaanya terjadi kerusakan. Perihal biaya pengadaan peralatan SHS, alangkah baiknya menjadi tanggung jawab konsumen. Upaya ini jika dapat diterapkan maka dapat membantu dalam pemasifan pengembangan EBT. Di sisi lain, inisiatif ini dapat mengurangi beban listrik yang harus ditanggung oleh PLN sekaligus sebagai langkah antisipasi jika PLN harus terpaksa melakukan pemadaman listrik, baik bergilir ataupun karena sebab lainnya.

Kerja Sama Independent Power Producer (IPP) dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dalam Pengadaan Pembangkit Listrik Berbasis EBT di Daerah-Daerah Tertinggal

Salah satu kendala PLN dalam mengembangkan pembangkit yang berbasis EBT adalah harga investasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini memang biaya investasi EBT sangat mahal. Hal tersebut dikarenakan biaya balik modal yang yang relatif lama dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) maupun yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengadaan pembangkit listrik berbasis EBT. Salah satu pihak yang dapat diajak kerja sama adalah Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Salah satu program kerja dari KPDT adalah membangun infrastruktur daerah tertinggal. Prioritas KPDT dalam pembangunan infrastruktur terletak pada pembangunan Listrik Masuk Desa, Pasar Desa, serta Jalan Desa. Program Listrik Masuk Desa fokus pada pembangunan listrik yang berbasis EBT, misalnya: mikrohidro, surya, bioenergi, angin maupun gelombang laut  (Taufiq, 2013).

KPDT dalam hal ini berperan sebagai IPP yang mengadakan pembangkit listrik. PLN dalam hal ini berperan sebagai operator sekaligus pendistribusi listrik kepada masyarakat. Dengan model kerjasama ini diharapkan dapat tercapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: tersalurnya listrik kepada masyarakat di daerah tertinggal, tercapainya target PLN dalam meningkatkan rasio elektrifikasi serta tersedianya operator Pembangkit Listrik EBT di daerah tertinggal. Untuk poin yang terakhir, seperti diketahui banyak sekali pembangkit listrik berbasis EBT yang tidak terawat yang disebabkan tidak adanya operator yang merawat serta mengoperasikan pembangkit listrik tersebut dengan baik.

Catur Dharma 4: Hemat Energi




Gambar 5. Kampanye Hemat Energi Listrik [Diakses dari: http://www.metrosiantar.com/pemadaman-bergilir-pelanggan-diminta-hemat-listrik/ ]


Catur Dharma ini berkaitan dengan gerakan konservasi energi. Pengertian konservasi di sini adalah penggunaan energi sesuai dengan kebutuhan. Catur Dharma ini sangat berkaitan dengan gagasan yang nantinya akan diaplikasikan kepada para konsumen.

Penghargaan Bagi Pelanggan yang Hemat Energi

Seperti yang selalu dislogankan oleh Kementerian ESDM bahwa menghemat 1 kWh itu lebih murah jika dibandingkan dengan membangun pembangkit baru berkapasitas yang sama, maka program kampanye untuk menghemat energi merupakan salah satu langkah praktis yang bisa ditempuh PLN dalam rangka menghindari terjadinya overload pemakain daya oleh konsumen. Untuk mendukung upaya tersebut, perlu diberikan stimulus kepada masyarakat, misalnya dengan cara memberikan penghargaan hemat energi kepada pelanggan. Penghargaan dapat diberikan kepada setiap jenis konsumen per beban daya di setiap masing-masing daerah pelayanan PLN. Penghargaan tersebut dapat diberikan setiap bulan. Tentunya hal ini sangat mudah dengan tersedianya data penggunaan beban listrik konsumen yang dimiliki PLN. Selanjutnya, penghargaan akan terasa lebih lengkap jika PLN memberikan hadiah kepada konsumen berupa peralatan elektronik yang berlabel hemat energi (lebih tepatnya penggantian peralatan elektronik biasa dengan peralatan elektronik hemat energi), misalnya berupa lampu hemat energi yang tersusun dari teknologi LED. Dengan pemberian hadiah ini diharapkan dapat memasyarakatkan penggunaan peralatan elektronik berkategori hemat energi.

Pemberian Hukuman Bagi Pelanggan yang Boros

Pemberian hukuman bagi pelanggan yang boros diterapkan agar konsumen memakai kebutuhan energinya sesuai dengan kebutuhan. Monitoring ini dapat diberlakukan dengan menetapkan standar tertentu berapa banyak jumlah kWh yang diperkenankan oleh PLN dalam waktu sebulan untuk setiap jenis konsumen per beban daya. Hukuman yang bisa diterapkan adalah pemutusan listrik selama satu hari atau beberapa hari, tergantung dari seberapa banyak jumlah kWh melebihi batas standar yang ditetapkan oleh PLN.

Sekian #IdeKUuntukPLN dipersembahkan lewat blog ini. Mari kita bantu PLN dalam mewujudkan Catur Dharma tersebut. Selamat ulang tahun yang ke 69 bagi Perusahaan Listrik Negera. Semoga semakin menyala di setiap jengkal tanah pertiwi, sehingga target 100% rasio elektrifikasi segera terpenuhi. 

Bertindak akan lebih bermanfaat dari pada terus menghujat, walaupun hanya sedikit.

Sleman, 17 Oktober 2014

Referensi

[1] Amna, Muhammad Abdi. 2013. Bangun Infrastruktur Daerah Tertinggal, KPDT Kucurkan Rp. 1 Triliun.  Diakses dari: http://industri.bisnis.com/read/20131211/45/191890/bangun-infrastruktur-daerah-tertinggal-kpdt-kucurkan-rp1-triliun- pada tanggal 17 Oktober 2014.

[2] Anonim. 2013. Fokus pada Pengembangan 69 Kabupaten. Diakses dari: http://news.detik.com/read/2013/07/30/000000/2317687/727/fokus-pada-pengentasan-69-kabupaten?nd771104bcj pada tanggal 17 Oktober 2014.

[3] Direktur Aneka EBT, Direktorat Jenderal EBTKE. 2014. Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan an Konservasi Energi. Disampaikan dalam Seminar Internasional dan Pameran Energi Terbarukan, Current Technology Development and Its Implementatation pada tanggal 14 Oktober 2014 di Fakultas Teknik UGM.

[4] Taufiq, Rohman. 2010. Kementrian Daerah Tertinggal Fokus Garap Listrik, Pasar dan Jalan. Diakses dari: http://www.kemenegpdt.go.id/berita/999/kementerian-daerah-tertinggal-fokus-garap-listrik-pasar-dan-jalan pada tanggal 17 Oktober 2014.

[5] Wardiyono, Suparje. 2014. RE Deployment Strategies to Lower Generation Cost in Isolated Grids. Disampaikan dalam Seminar Internasional dan Pameran Energi Terbarukan, Current Technology Development and Its Implementatation pada tanggal 14 Oktober 2014 di Fakultas Teknik UGM.

Selasa, 16 September 2014

(Jangan) Buang di TEMPAT SEMBARANGAN


“Kebiasaan memang susah dihilangkan”, mungkin seperti itu kalimat yang cocok untuk menggambarkan kebiasaan buruk sebagian besar masyarakat dalam membuang sampah. Sekarang ini, di hampir setiap sudut tempat umum, seperti di kampus, taman bermain, tempat rekreasi, mall, masjid atau yang lainnya, terdapat tempat sampah. Bahkan, beberapa tempat sampah tersebut dipisahkan antara organik, non organik ataupun kaca. Namun, masih saja terdapat sampah tercecer di mana-mana. Penyebabnya, tidak lain adalah karena sampah dibuang di TEMPAT SEMBARANGAN, meskipun sudah tersedia tempat sampah. Jadi, mari ubah kebiasaan buruk tersebut dengan membuang sampah pada tempatnya.

Negeri yang Sangat Kaya, Lantas?


Al kisah, di Jepang, seorang mahasiswa yang berasal dari Indonesia diminta tolong oleh seorang guru setingkat Sekolah Dasar (shōgakkō) untuk mengisi pelajaran “semacam” geografi tentang seperti apa negara Indonesia. Permintaan ini merupakan suatu hal yang sangat berat bagi seorang mahasiswa untuk menyampaikan “materi” kepada anak-anak. Bagaimana cara membuat materi pelajaran begitu menarik bagi anak-anak? Bagaimana cara menyampaikan sebegitu banyak hal yang berkitan dengan Indonesia? Bagaimana menyederhanakan dan membuat materi menjadi menyenangkan bagi anak-anak? Itulah beberapa deretan tantangan yang dihadapi mahasiswa tersebut. Namun, di sisi lain, ini merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa tersebut untuk mempromosikan secara gratis serta sedini mungkin kepada bangsa Jepang.

Setelah beberapa persiapan, waktu yang dinanti oleh anak-anak untuk mendengarkan cerita spesial tentang negeri “kaya” yang membuat nenek moyang mereka “berkunjung dan bertamu” selama 3,5 tahun yang dijanjikan oleh Sensei-nya akhirnya datang. Tentunya, waktu tersebut juga merupakan saat mendebarkan yang telah menunggu sang Mahasiswa untuk mempresentasikan Indonesia, bahkan barangkali lebih mendebarkan dibanding ketika harus mempresentasikan karya penelitiannya di konferensi yang dihadiri oleh para ilmuwan seluruh dunia.

Sebagai moderator di dalam kelas, Sang Sensei mempersilahkan kepada tamu istimewanya, mahasiswa Indonesia, untuk mulai menyampaikan segala tentang Indonesia. Diawali dengan rasa canggung, akhirnya Sang Mahasiswa yang sudah mampu menguasai kondisi di dalam kelas, tentunya dengan bantuan dari Sensei, memulai sedikit demi sedikit untuk menyampaikan tentang Indonesia. Diawali dengan menunjukkan dimana letak Indonesia, perlahan Mahasiswa tersebut menyampaikan begitu kayanya negeri yang bernama Indonesia. Dari ujung utara sampai selatan, terbentang hijau dan rimbunnya hutan belantara. Dari ujung barat sampai timur, tanah yang sangat subur menyebabkan sebegitu banyak jenis tanaman yang bisa tumbuh di Indonesia.

Biasa saja memang apa yang disampaikan oleh Sang Mahasiswa tersebut. Rasanya tidak jauh berbeda dengan apa yang didapatkan oleh para siswa-siswa Sekolah Dasar yang ada di Indonesia. Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, subur, gemah ripah dan sebegitu banyak lagi kata-kata yang biasa diungkapkan untuk menggambarkan tentang Indonesia. Sungguh, hal tersebut adalah anugerah yang sangat tak terkira dari Yang Maha Esa.  Hanya dengan menancapkan batang saja, maka dapat tumbuh menjadi tanaman, seperti itu mungkin yang sering terdengar, sebuah lirik lagu klasik hasil cipta anak bangsa. Modal dasar yang sangat bagus untuk memakmurkan rakyatnya. Tiada alasan untuk tidak bersyukur kepada Sang Pencipta.

Sesi penjelasan telah selesai, kendali ruang kelas kembali dipegang oleh Sang Sensei. Penjelasan mengenai Indonesia yang sangat panjang x lebar tersebut dirangkum dengan cantik sekaligus menarik oleh Sang Sensei. Barangkali bagian yang menarik dari rangkaian cerita mahasiswa ada di akhir sesi, yaitu ketika Sang Sensei memberikan pesan kepada anak didiknya. Beliau berkata: “Lihat anak-anak, Indonesia negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Mereka memiliki segalanya untuk kehidupan sehari-hari. Coba bandingkan dengan negara kita yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam seperti Indonesia. Sehingga, kita sebagai Bangsa Jepang harus belajar dan bekerja dengan keras agar dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaik mungkin. Jika kita tidak belajar dan bekerja dengan keras, maka kita tidak bisa makan apa-apa, tidak bisa menghidupkan listrik untuk menyalakan lampu pada malam hari. Kalau tidak belajar dan bekerja dengan keras, maka suatu saat Bangsa Jepang akan hilang.”

Kaya raya, gemah ripah loh jinawi, memiliki segalanya dan sangat nyaman memang sangat membanggakan. Memiliki kekayaan berbagai macam flora, keanekaragaman hayati yang sangat lengkap. Kekayaan fauna yang sangat banyak seperti yang disimbolkan di film kartun-kartun dari yang sangat unyu seperti di serial kartun Shaun the Seep; hewan cerdik nan lincah, seperti yang ada di serial kartun The Curious George; maupun hewan kuat dan gagah perkasa, The Lion King. Barang tambang yang sangat banyak, emas, perak, tembaga, batu bara, plutonium, uranium dan lainnya. Sumber energi yang sangat lengkap mulai dari minyak dan gas maupun energi terbarukan, seperti panas bumi, surya, angin, gelombang laut serta bioenergi. Generasi yang masih sangat muda mesti sangat senang mendengarkan cerita tentang kekayaan negerinya. Namun, kekayaan pasti akan berakhir jika tidak dijaga dengan pandai dan ulet.
Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, lantas?


Cerita tentang mahasiswa tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadi Dr. Mahfudz Al Huda ketika menempuh studi S2 di Jepang yang disampaikan di acara Seminar Scientific Great Moment 5, Agritech Research and Study Club, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya pada tanggal 25 Mei 2014 dengan tambahan redaksi dan unsur dramatisir. 

Sabtu, 14 Juni 2014

Rapihkan Desktopmu!!!


Kota Satria adalah destinasi yang terakhir untuk jenjang saat ini. Meskipun cenderung kecewa yang didapat, tetap tidak boleh melupakan begitu banyak barisan hikmah yang datang berbondong-bondong. Hambatan dan insiden yang tak disangka terjadi, tidak boleh menghalangi untuk mengingat bahwa begitu banyak nikmat yang telah didapat yang banyak orang tidak bisa merasakan bahkan membayangkannya pun tidak mampu.
Detik-detik tak pernah menunggumu untuk sekedar bersantai-santai, leyeh-leyeh, goler-goler menikmati hembusan angin yang bertiup, rimbunnya dedaunan, hijaunya hutan belantara, birunya laut, khas kesukaannya para mudi-muda.
Satu tujuan, waktunya merapihkan desktop di layar monitormu dengan menghapus icon-icon target yang sudah lalu. Biarkan Sang Pangeran dan kuda putihnya berlari kencang untuk mencapai satu tujuan tanpa tergoda oleh tujuan-tujuan yang lain. Rapihkan Desktopmu


Selasa, 03 Juni 2014

Prestasi Terbesar



Prestasi terbesar seorang mahasiswa S1 adalah gelar Sarjananya, khusus untuk program studi di Fakultas Teknik maka gelar tersebut adalah S.T.
Menyelesaikan pendidikan di bangku sarjana artinya sudah siap untuk mengamalkannya.
Mendapatkan gelar tersebut artinya siap untuk mengabdikan ilmunya, entah untuk keluarganya, kemajuan ilmu dan teknologi, masyarakat, perusahaan asing ataupun yang lainnya.

Dimanapun pengabdian tersebut, berjalanlah dengan ilmu yang telah didapat sembari memperdalam ilmunya, mempertajam pikirannya, memperkaya pengalaman. Agar bisa dijadikan bekal untuk menyongsong hidup di masa yang akan datang dan masa yang tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri.
Selamat mengemban amanah. Selamat mengikuti aliran sungai kehidupan selanjutnya, para Sarjana. (juga untuk para calon sarjana) 




Senin, 02 Juni 2014

Waktuku Tinggal Sebentar


Seperti menunggu datangnya deburan ombak, sekejap saja 16 ombak sudah terlewatkan.
Waktu terasa berjalan begitu cepat, meninggalkan lambatnya langkahku.
Padahal waktu tidak pernah berubah, 1 hari setara dengan 24 jam, 1 jam setara dengan 60 menit, 1 menit setara dengan 60 detik. Meskipun hitungan waktu astronomis tidak sesederhana itu.
Hari-hari di depan sangat menentukan langkah, setidaknya berkenaan dengan cita-cita.
Meskipun sejatinya tiap hari, bahkan tiap detik, sangat menentukan langkah duniawi maupun kehidupan setelahnya.
Jangan goyah, tegar bagaikan karang, bergerak bagaikan ombak.


Kamis, 24 April 2014

Pemanfaatan Kotoran Manusia sebagai Bahan Baku Pembangkit Listrik Tenaga Biogas pada Unit Pengolahan Limbah Septictank Terpusat di Jakarta

Global warming merupakan salah satu dampak dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari aktivitas manusia. Global warming saat ini telah meningkatkan suhu bumi. James Hansen (2012), menjelaskan bahwa peningkatan suhu bumi sejak abad ke 20 mencapai 0,51o C. Faktor utama terjadinya bencana besar ini adalah akibat emisi gas rumah kaca. Protokol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca yaitu CO2, Metana (CH4), Nitrogen Oksida (N2O), dan tiga jenis lagi yang mengandung flour seperti HFC, PFC dan SF6 dan karbon dioksida memiliki persentase lebih dari 70 % dari volume total gas rumah kaca ini.


Gambar 1. Ilustrasi Emisi CO2

Emisi gas rumah kaca diberikan dari aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia. BBPT dalam “Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi di Indonesia” menyebutkan bahwa pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi dengan energi baur yang dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini:



Gambar 2. Bauran Energi Primer Indonesia

Diketahui bahwa sebagian besar kebutuhan energi Indonesia dipenuhi dengan menggunakan energi fosil seperti: minyak, gas maupun batubara. Penggunaan bahan bakar ini sudah tentu akan menyebabkan potensi emisi CO2 semakin besar dan menambah resiko global warming.
Di sisi lain, pertumbuhan penduduk semakin hari semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol menyebabkan berbagai permasalahan timbul, misalnya: kepadatan penduduk bertambah sementara pemukiman layak huni semakin berkurang jumlahnya. Salah satu masalah dalam pemukiman adalah masalah sanitasi, termasuk di dalamnya permasalahan pembuangan limbah kotoran manusia. Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mengungkapkan pada 2013 diperkirakan jumlah penduduk Jakarta mencapai 9.809.857 jiwa. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin besar pula kotoran manusia (tinja) yang dihasilkan setiap harinya. Menurut data dari Bappenas dalam satu hari manusia mengeluarkan tinja sebanyak 125 – 250 gram, sehingga dengan jumlah penduduk Jakarta yang mencapai 9.809.857 jiwa, maka dalam waktu 1 hari jumlah kotoran manusia di Jakarta mencapai minimal 1.226.232.125 gram atau setara dengan 1.226 ton.


Gambar 3. Mobil Sedot WC

Pemanfaatan kotoran manusia (tinja) selama ini tidak banyak, paling bagus pemanfaatannya hanya digunakan sebagai pupuk organik, dan terbatas pada pemanfaatan tinja hewan. Sementara untuk tinja manusia, pengelolaannya hanya dikumpulkan ke dalam sebuah septik tank sebagai reservoar selama bertahun-tahun. Jika reservoar sudah penuh, tinja kemudian disedot oleh perusahaan sedot WC dan kemudian dibuang di Unit Pengolahan Limbah Septictank (UPLS) Pulo Gebang dan UPLS Duri Kosambi. Meskipun sudah tersedia UPLS tersebut, pada kenyataaanya beberapa operator mobil sedot tinja tersebut masih banyak yang membuang tinja hasil sedotannya ke sungai, contohnya adalah Kali Bekasi, Kali Cileungsi dan Sungai Cisadane. Sopir angkut tinja enggan membuang tinja di UPLS karena harus membayar retribusi sekitar Rp 25 ribu per tangki.


Gambar 4. Ilustrasi WC

Kasus pembuangan tinja hasil sedot WC ini menjadi masalah yang cukup serius. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap, berbagai kasus pembuangan tinja di sungai menyebabkan tercemarnya air yang ditandai dengan kandungan bakteri Escherichia coli di atas ambang batas yang telah ditentukan. Lebih parah lagi jika air dalam jaringan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) tercemar oleh bakteri tersebut. Hal semacam ini menyebabkan berbagai macam penyakit berbahaya seperti demam, tifus, cacingan, hepatitis A, kolera, dan polio.
Dengan melihat masalah di atas, perlu adanya pemanfaatan tinja manusia menjadi sesuatu yang berguna, misalnya biogas. Biogas adalah bahan bakar yang diperoleh dengan cara memproses limbah/sisa pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campuran di antara limbah tersebut dalam sebuah alat yang disebut digester secara anaerob (Harahap, 1978). Biogas merupakan energi alternatif yang bisa digunakan sebagai pengganti gas LPG untuk memasak, atau bisa juga digunakan untuk membangkitkan energi listrik. Teknologi biogas merupakan salah satu teknologi yang ramah lingkungan dan terbarukan. Pemanfaatan biogas dapat mengurangi emisi gas CH4. Seperti diketahui bahwa gas CH4 memiliki potensi 20 kali lipat lebih berbahaya dibandingkan gas CO2 dalam sumbangsihnya kepada pemanasan global jika gas tidak dimanfaatkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dintani (2013), biogas kotoran sapi di daerah Bantul sebanyak 25.000 ekor yang dipusatkan dalam satu tempat, dapat menghasilkan listrik sebesar 1,8 MW. Hal ini dapat diterapkan pula pada tinja manusia.
Limbah kotoran manusia di Jakarta dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik dengan sistem penampungan tinja terpusat. Sistem ini dimulai dari pembuangan tinja dari perumahan maupun gedung-gedung lainnya yang terhubung dengan sistem pipa pembuangan tinja terpusat. Pipa pembuangan tinja tersebut dihubungkan dengan UPLS Pulo Gebang dan Duri Kosambi. Tinja di UPLS diolah untuk menghasilkan listrik. Di UPLS tersebut, terjadi pengolahan kotoran manusia menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik. Hasil samping berupa lumpur sisa pengolahan kotoran manusia menjadi biogas dapat dimanfaatkan sebagai sebagai pupuk.
Pipa pembuangan saluran terpusat ini memiliki peran untuk mengalirkan tinja dari perumahan-perumahan maupun gedung-gedung lainnya. Pipa tersebut harus dirancang agar tidak mengalami kebocoran yang berpotensi mencemari air tanah. Pipa tersebut juga dirancang agar tinja manusia dapat sampai secepat mungkin ke UPLS sehingga di beberapa titik saluran pipa pembuangan tinja tersebut perlu dibangun terminal penghembus. Tujuannya adalah agar tinja segera diproses untuk dijadikan biogas di UPLS.
Kadir (2005) mengatakan bahwa rata-rata produksi kotoran kering pada manusia adalah sebesar 0,07 kg/hari dan setiap kg material kering mampu menghasilkan biogas sebesar 0,4 m3/kg. Sehingga potensi kotoran kering per hari di Jakarta adalah 686.689 kg dan potensi volume biogas perharinya adalah 274.676 m3. Nilai tersebut setara dengan 1.779 MWh dalam waktu sehari atau setara dengan 74,1 MW setiap jam. Potensi tersebut dapat digunakan untuk mengaliri 74.100 rumah dengan daya setiap rumah 1 kW.


Gambar 5. Green Power, Teknologi Ramah Lingkungan

Pemanfaatan kotoran manusia sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Biogas pada Unit Pengolahan Limbah Septictank, di samping dapat menghasilkan energi listrik, juga mengatasi permasalahan pembuangan tinja dan pengurangan emisi CO2. Seperti diketahui bahwa penggunaan energi terbarukan untuk menghasilkan listrik dapat menggantikan peran BBM yang dalam penggunaannya menghasilkan emisi gas CO2. Konsep tersebut dapat membantu dalam penyelesaian masalah pembuangan limbah kotoran manusia karena keterbatasan area pembangunan septictank sekaligus dalam rangka memanfaatkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.