Sabtu, 19 Agustus 2017

Energi Berkeadilan #3: Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Siring Gading

Energi Berkeadilan #3: Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Siring Gading



Gambar 1. Sungai Way Menanga, Perbatasan Permukiman Warga dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Sebelah kiri adalah permukiman warga, sebelah kanan Kawasan Taman Nasional)

Siring Gading merupakan salah satu pekon yang berada di wilayah Marga Belimbing yang secara administratif terletak di Kecamatan Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat. Sebagai informasi, pekon adalah istilah untuk menyebut daerah setingkat desa di wilayah Kabupaten Pesisir Barat. Pekon ini terletak di paling ujung dari 4 pekon terisolir Marga Belimbing. Siring Gading merupakan hasil pemekaran dari Pekon Way Haru pada 13 Agustus 2010. Wilayah Siring Gading didominasi area perkebunan berupa ladang kopi dan ladang lada.

Cerita tentang asal mula permukiman di Pekon Siring Gading tidak bisa dilepaskan dari para warga pendatang yang mulai membuka ladang perkebunan pada sekitar tahun 1989. Dahulunya, Siring Gading merupakan hutan belantara yang termasuk dalam tanah Marga Belimbing. Mereka datang dari berbagai daerah dengan tujuan untuk mengadu nasib membuka ladang perkebunan. Mereka membuka semak belukar dan hutan belantara dan mengubahnya menjadi perkebunan kopi, kakao dan lada. Cerita sukses pembukaan kebun oleh generasi-generasi awal yang tinggal di Siring Gading membuat semakin banyak pendatang yang membuka ladang perkebunan di Siring Gading. Hingga sekarang ini terdapat 289 Kepala Keluarga yang tinggal di Pekon Siring Gading. Pekon Siring Gading terdiri dari 7 wilayah Kepemangkuan (setara dengan padukuhan/dusun), yaitu: Sinar Jaya, Siring Kuyung, Siring Gading, Sumber Jaya, Menanga Jaya, Talang Puncak dan Ulok Baru.

Energi Listrik di Pekon Siring Gading
Sekarang ini, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah mengenal energi listrik. Bahkan, energi listrik pun bisa dikatakan sekarang adalah sebagai kebutuhan primer hampir bagi sebagian besar orang. Hal tersebut ternyata juga berlaku di Siring Gading yang notabenenya termasuk dalam wilayah pedalaman yang langsung berbatasan dengan wilayah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Pada pertengahan tahun 2016, Kementerian Energi danSumber Daya Mineral melaksanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat berkapasitas 30 kWp yang bisa digunakan untuk menerangi sebagian besar rumah yang ada di Siring Gading. Namun, sebelum pembangunan PLTS Terpusat tersebut dilaksanakan, masyarakat Siring Gading pun sebenarnya sudah mengenal dan merasakan manfaat dari energi listrik. Lalu darimana mereka mendapatkan suplai energi listrik?

Sekitar 99 % rumah yang ada di Siring Gading menggunakan Solar Home System (SHS) sebagai sumber penerangan rumah pada malam hari. Beberapa rumah menggunakan Solar Home System untuk menghidupkan televisi dan speaker aktif. Mereka memasang SHS di atas rumah mereka. Kemudian ada sekitar lima rumah tangga yang mengoperasikan genset maupun diesel. Genset dan diesel biasa digunakan untuk menghidupkan kulkas. Sumber energi listrik lain yang ternyata sudah dikenal oleh masyarakat Pekon Siring Gading adalah berupa energi listrik yang dibangkitkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)



Gambar 2. Skema Mikrohidro [Sumber: IBEKA]

Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan dan jumlah debit air. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama, yaitu aliran air sebagai sumber energi, turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas dan dari ketinggian tertentu disalurkan untuk menggerakkan turbin. Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik melalui putaran turbin. Selanjutnya, putaran turbin ditransmisikan menuju generator. Generator berperan dalam mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Mikrohidro memiliki banyak keunggulan. Berikut beberapa keuntungan yang terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Mikro Hidro adalah sebagai berikut.
1. Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan energi fosil (BBM) karena teknologi ini memanfaatkan sumber daya yang terbarukan.
2. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
3. Efisiensinya tinggi.
4. Apabila teknologi ini di gunakan untuk memutar pompa air, aman karena pompa tidak digerakan dengan motor listrik. Disamping itu efisiensinya menjadi lebih baik.
5. Apabila sistem pemasangan turbin di saluran irigasi sedemikian rupa sehingga air penggerak turbin dapat dialirkan kembali ke salurannya, maka efisiensi menjadi lebih besar, karena dengan demikian air irigasi ditingkatkan daya gunanya.
6. Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian hutan sehingga ketersediaan air terjamin.
7. Dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi dan perikanan.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Siring Gading
Di Siring Gading terdapat dua lokasi PLTMH. PLTMH pertama berada di wilayah Kepemangkuan Sinar Jaya. PLTMH ini memanfaatkan aliran Sungai Way Nebak yang juga merupakan batas pekon antara Siring Gading dan Way Haru. Listrik yang dibangkitkan oleh PLTMH ini digunakan oleh empat rumah untuk menyalakan lampu pada malam hari. PLTMH ini dikelola secara mandiri oleh beberapa orang dan tidak dikelola dalam bentuk organisasi.

PLTMH kedua berada di Kepemangkuan Sumber Jaya. PLTMH yang berkapasitas 3 kW ini memanfaatkan aliran Sungai Way Menanga. Sungai Way Menanga merupakan batas antara permukiman warga dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). PLTMH ini digunakan untuk menghidupkan listrik di 37 rumah warga di Kepemangkuan Sumber Jaya.


Gambar 3. Papan Nama Kelompok Tani Hutan Sido Makmur

PLTMH ini dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui Kelompok Tani Hutan (KTH) Sido Makmur. KTH ini adalah binaan dari Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Masyarakat bersama dengan Balai Besar TNBBS bekerjasama dalam mewujudkan PLTMH ini. Pembangunannya pun dibiayai 50 % oleh Balai Besar TNBBS dan 50 % swadaya gotong royong oleh masyarakat. Seperti yang telah disampaikan, salah satu keunggulan dari kehadiran PLTMH adalah agar terjaganya hutan dengan baik. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat menjaga kelestarian hutan khususnya di daerah hulu agar air di Sungai Way Menanga tetap terjaga.

KTH Sido Makmur berperan dalam manajemen pengelolaan dan perawatan PLTMH. Warga Sumber Jaya dikenakan iuran sebesar Rp. 25.000,00 yang kemudian digunakan sebagai biaya operasional, perawatan, gaji pengelola serta kas KTH. Listrik ini digunakan oleh warga untuk penerangan. Ada beberapa warga yang mempunyai televisi bisa menggunakan listrik ini. Mereka yang menggunakan listrik di luar untuk beban penerangan dikenakan iuran lebih banyak, yaitu sebesar Rp. 50.000,00.



Gambar 4. Perjalanan Menuju Lokasi PLTMH


Gambar 5. Bak Penampungan Air PLTMH

PLTMH ini terletak sekitar 300 meter tepat di belakang permukiman Sumber Jaya. Turbin dan generator diletakkan di pinggir tebing tepat di samping air terjun yang berketinggian sekitar 15 meter. Untuk mencapai lokasi turbin dan generator, para teknisi PLTMH harus menuruni tebing dengan berpegangan pada tali yang sudah disiapkan. Berikut proses perawatan yang dilakukan oleh Teknisi KTH Sido Makmur.



Video Perawatan PLTMH di Tepian TNBBS

Pada akhirnya, keberadaan PLTMH tersebut bukan hanya diartikan sebagai sumber energi listrik yang bisa digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh lagi, keberadaan PLTMH ini juga diharapkan mampu menyadarkan manusia bahwa hidup harus selaras dengan alam. Artinya, tanpa penjagaan yang baik terhadap hutan, maka suatu saat air yang mengalir di Sungai Way Menanga yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk untuk menggerakkan turbin PLTMH akan segera kering dan suatu ketika akan mengalirkan jumlah air yang tidak terhingga jumlahnya.

Bagaimana nasib keberadaan PLTMH tersebut setelah dilaksanakan pembangunan PLTS Terpusat? Tunggu ceritanya di posting-posting selanjutnya.

#15HariCeritaEnergi
#DiaryofPatriotEnergi

Referensi:

Hendar, Ujang. 2007. Desain, Manufacturing dan Instalasi Turbin Propeller Open Flume Ø 125 Mm di Cv Cihanjuang Inti Teknik Cimahi-Jawa Barat. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

IBEKA. 2008. Manual Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. IBEKA-JICA. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar