Energi Berkeadilan #14: Energi Terbarukan, Listrik dan Dampaknya
Listrik adalah hal yang biasa bagi masyarakat perkotaan, walaupun
di beberapa wilayah, listriknya byarpet
(baca: sering terjadi pemutusan listrik) dengan berbagai penyebab. Bagi
masyarakat pedalaman, listrik adalah suatu kemewahan. Listrik adalah sesuatu
yang sangat langka. Sebelum ada listrik, langit malam mereka dihiasi oleh
kerlap-kerlip bintang serta cahaya rembulan. Indah memang, tentunya ketika awan
tidak menghiasi langit malam. Di beberapa rumah masyarakat pedalaman,
penerangan yang menjadi andalan adalah lampu berbahan bakar minyak. Di beberapa
wilayah pedalaman, beberapa rumah menggunakan genset atau Solar Home System sebagai sumber penerangan pada malam hari. Namun,
listrik tersebut sangat terbatas dengan masing-masing kendala. Genset biasanya
terkendala oleh ketersediaan bahan bakar. Sementara itu, Solar Home System terkendala oleh penggunaan dan perawatan yang
kurang baik sehingga mudah sekali mengalami kerusakan.
Listrik yang berasal dari energi terbarukan adalah hal yang akrab bagi
masyarakat pedalaman. Hal itu karena karakter pedalaman yang susah mendapatkan
jaringan listrik PLN, sehingga harus ada pembangkit listrik mandiri yang ada di
lingkungan masyarakat pedalaman. Energi terbarukan adalah salah satu solusinya.
Pembangkit listrik yang berbasis energi terbarukan memiliki karakter yang portable. Maksud dari portable ini adalah bisa dibangkitkan
dimana saja asalkan sumber energi tersebut ada. Salah satu jenis pembangkit
energi terbarukan tersebut adalah pembangkit listrik yang berbasis energi surya,
seperti Solar Home System dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat.
Kehadiran listrik di wilayah pedalaman tentunya akan
menimbulkan berbagai dampak, baik itu berdampak positif ataupun negatif.
Listrik adalah hal yang baru dan mewah bagi mereka, sehingga kehadirannya pun
akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas mereka.
Dampak Positif
Kehadiran listrik memiliki berbagai dampak positif, seperti
di antaranya adalah sebagai sumber penerangan baru. Penerangan pada malam hari
menyebabkan aktivitas malam hari menjelang tidur dapat dilaksanakan. Salah
satunya adalah aktivitas mengaji yang biasa dilakukan oleh anak-anak pada
rentang di antara setelah sholat maghrib dan menjelang sholat isya di
Kepemangkuan Menanga Jaya, Pekon Siring Gading. Suatu ketika, pada saat lampu
yang biasa mereka gunakan mati, otomatis kegiatan mereka pun berhenti sejenak. Beberapa
anak bahkan ada yang lari langsung pulang ke rumah. Beberapa anak ada yang
tetap melanjutkan kegiatan mengaji dengan sumber penerangan berupa lampu
senter. Selama ini, sumber penerangan mereka adalah dari genset yang berasal
dari salah satu rumah tokoh warga setempat. Ketika genset mengalami gangguan,
otomatis kegiatan mengaji pun mengalami gangguan pula. Dengan kehadiran PLTS
Terpusat yang merupakan program dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Pekon Siring Gading, diharapkan mampu memberikan suplai energi
listrik yang lebih stabil untuk menghidupkan penerangan di musholla pada waktu
mengaji anak-anak.
Karakter permukiman di pedalaman adalah saling terpisah
antara satu permukiman dengan permukiman yang lainnya, bahkan ada beberapa
rumah yang jaraknya saling berjauhan. Permukiman tersebut dipisahkan oleh
kebun-kebun milik warga, beberapa permukiman dipisahkan oleh semak belukar atau
ladang yang tidak terurus dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan lampu
Penerangan Jalan Umum (PJU) sangat dibutuhkan. Selama ini, jalanan di Pekon
Siring Gading sangat gelap gulita. Terlebih ketika melewati jalanan di tengah
kebun-kebun milik warga. Selama ini, mereka hanya menggunakan senter apabila
melakukan perjalanan dengan jalan kaki. Jika menggunakan sepeda motor, mereka
menggunakan sumber penerangan yang ada pada sepeda motor tersebut. Mereka juga
biasa mengandalkan sumber penerangan alami berupa sinar rembulan jika bulan
sedang berada pada fase bulan purnama. Lampu PJU sangat membantu bagi
masyarakat dalam melakukan perjalanan dari satu permukiman ke permukiman
lainnya. Terlebih, sekarang hampir seluruh penjuru yang ada di jalanan Pekon
Siring Gading dilengkapi dengan lampu PJU yang aliran listriknya bersumber dari
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat. Kehadiran lampu PJU diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam melakukan perjalanan pada malam hari.
Kehadiran lampu penerangan yang lebih stabil juga diharapkan
oleh setiap keluarga di rumah-rumah. Penerangan dibutuhkan oleh anak-anak untuk
sekedar mengerjakan PR (pekerjaan
rumah) ataupun belajar. Keberadaan lampu penerangan Pembengkit Listrik Tenaga
Surya Terpusat yang merupakan program dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini tentunya membantu mereka dalam proses belajar di rumah. Keberadaan
lampu penerangan ini juga sangat penting bagi setiap keluarga. Setidaknya,
makan malam mereka ditemani oleh sinar lampu untuk menjalin keharmonisan dalam
keluarga.
Kehadiran listrik yang berasal dari PLTS Terpusat ini juga
menjadi sarana bagi masyarakat untuk belajar mengenai pengelolaan. Kesempatan
bagi masyarakat terbuka lebar untuk belajar mengenai pengelolaan lembaga,
pengelolaan keuangan ataupun pengelolaan teknologi itu sendiri. Tidak
tanggung-tanggung, teknologi yang mereka kelola pun bisa dikategorikan
teknologi yang sangat jarang dijumpai oleh masyarakat Indonesia lainnya
dikarenakan tidak setiap tempat di Indonesia terdapat teknologi berbasis energi
surya ini. Masih banyak lagi dampak positif lain yang bisa ditimbulkan oleh
kehadiran energi listrik berbasis energi terbarukan ini di masyarakat
pedalaman.
Dampak Negatif
Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran energi listrik di
pedalaman juga berpotensi untuk menimbulkan dampak negatif. Salah satu potensi
dampak negatif tersebut adalah daya konsumsi masyarakat akan alat-alat listrik
bisa saja naik dengan drastis. Hal ini dikarenakan anggapan masyarakat bahwa
energi listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat
ini bisa digunakan dengan bebas untuk menyalakan alat-alat elektronik, seperti
halnya televisi, setrika, penanak nasi maupun kulkas. Padahal seperti diketahui
bahwa energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS Terpusat pun terbatas dan digunakan
oleh banyak orang. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi yang
terus-menerus dari berbagai pihak bahwa listrik yang dihasilkan PLTS Terpusat
harus diutamakan penggunaannya hanya untuk penerangan.
Program PLTS Terpusat dilengkapi dengan televisi yang bisa
digunakan bersama-sama oleh masyarakat. Televisi tersebut idealnya diletakkan
di fasilitas umum, misalnya seperti di balai pekon. Selain bisa sarana hiburan
bagi masyarakat, kehadiran televisi ini juga berpotensi menimbulkan dampak negatif
bagi masyarakat. Untuk menghindari terjadinya dampak negatif dengan keberadaan
televisi tersebut, maka dibutuhkan aturan penggunaan televisi yang disepakati
bersama oleh masyarakat. Aturan tersebut misalnya berkaitan dengan batas waktu
penggunaan televisi.
Sebenarnya, masih banyak lagi potensi negatif yang bisa
ditimbulkan akibat kehadiran energi listrik di wilayah pedalaman. Tentu,
potensi dampak negatif ini harus bisa dicegah bersama-sama oleh seluruh
masyarakat. Penggunaan energi listrik harus diarahkan agar bisa sebanyak
mungkin memberikan dampak positif bagi masyarakat. Listrik yang berbasis energi
terbarukan ini diharapkan mampu memberikan efek kebermanfaatan bagi masyarakat
pedalaman. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari program Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Terpusat yang digagas oleh Pemerintah melalui Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini, yaitu mewujudkan #EnergiBerkeadilan di seluruh penjuru negeri.
#15HariCeritaEnergi
#DiaryofPatriotEnergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar