Energi Berkeadilan #3: Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Siring Gading
Gambar 1. Sungai Way Menanga,
Perbatasan Permukiman Warga dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Sebelah
kiri adalah permukiman warga, sebelah kanan Kawasan Taman Nasional)
Siring Gading merupakan salah satu pekon yang berada di
wilayah Marga Belimbing yang secara administratif terletak di Kecamatan
Bengkunat Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat. Sebagai informasi, pekon
adalah istilah untuk menyebut daerah setingkat desa di wilayah Kabupaten Pesisir
Barat. Pekon ini terletak di paling ujung dari 4 pekon terisolir Marga Belimbing.
Siring Gading merupakan hasil pemekaran dari Pekon Way Haru pada 13 Agustus
2010. Wilayah Siring Gading didominasi area perkebunan berupa ladang kopi dan
ladang lada.
Cerita tentang asal mula permukiman di Pekon Siring Gading
tidak bisa dilepaskan dari para warga pendatang yang mulai membuka ladang
perkebunan pada sekitar tahun 1989. Dahulunya, Siring Gading merupakan hutan
belantara yang termasuk dalam tanah Marga Belimbing. Mereka datang dari
berbagai daerah dengan tujuan untuk mengadu nasib membuka ladang perkebunan. Mereka
membuka semak belukar dan hutan belantara dan mengubahnya menjadi perkebunan
kopi, kakao dan lada. Cerita sukses pembukaan kebun oleh generasi-generasi awal
yang tinggal di Siring Gading membuat semakin banyak pendatang yang membuka
ladang perkebunan di Siring Gading. Hingga sekarang ini terdapat 289 Kepala
Keluarga yang tinggal di Pekon Siring Gading. Pekon Siring Gading terdiri dari
7 wilayah Kepemangkuan (setara dengan padukuhan/dusun), yaitu: Sinar Jaya,
Siring Kuyung, Siring Gading, Sumber Jaya, Menanga Jaya, Talang Puncak dan Ulok
Baru.
Energi Listrik di Pekon Siring Gading
Sekarang ini, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia
sudah mengenal energi listrik. Bahkan, energi listrik pun bisa dikatakan
sekarang adalah sebagai kebutuhan primer hampir bagi sebagian besar orang. Hal
tersebut ternyata juga berlaku di Siring Gading yang notabenenya termasuk dalam
wilayah pedalaman yang langsung berbatasan dengan wilayah Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan (TNBBS). Pada pertengahan tahun 2016, Kementerian Energi danSumber Daya Mineral melaksanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Terpusat berkapasitas 30 kWp yang bisa digunakan untuk menerangi sebagian besar
rumah yang ada di Siring Gading. Namun, sebelum pembangunan PLTS Terpusat tersebut
dilaksanakan, masyarakat Siring Gading pun sebenarnya sudah mengenal dan
merasakan manfaat dari energi listrik. Lalu darimana mereka mendapatkan suplai
energi listrik?
Sekitar 99 % rumah yang ada di Siring Gading menggunakan Solar Home System (SHS) sebagai sumber
penerangan rumah pada malam hari. Beberapa rumah menggunakan Solar Home System untuk menghidupkan
televisi dan speaker aktif. Mereka memasang SHS di atas rumah mereka. Kemudian
ada sekitar lima rumah tangga yang mengoperasikan genset maupun diesel. Genset
dan diesel biasa digunakan untuk menghidupkan kulkas. Sumber energi listrik
lain yang ternyata sudah dikenal oleh masyarakat Pekon Siring Gading adalah
berupa energi listrik yang dibangkitkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Gambar 2. Skema Mikrohidro [Sumber: IBEKA]
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang
menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi,
sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan dan jumlah
debit air. Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama, yaitu aliran
air sebagai sumber energi, turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas
dan dari ketinggian tertentu disalurkan untuk menggerakkan turbin. Turbin
berfungsi untuk mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik melalui
putaran turbin. Selanjutnya, putaran turbin ditransmisikan menuju generator.
Generator berperan dalam mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Mikrohidro memiliki banyak keunggulan. Berikut beberapa
keuntungan yang terdapat pada Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Mikro Hidro
adalah sebagai berikut.
1. Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah
dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan energi fosil (BBM) karena
teknologi ini memanfaatkan sumber daya yang terbarukan.
2. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak
menimbulkan polusi udara dan suara.
3. Efisiensinya tinggi.
4. Apabila teknologi ini di gunakan untuk memutar pompa air,
aman karena pompa tidak digerakan dengan motor listrik. Disamping itu
efisiensinya menjadi lebih baik.
5. Apabila sistem pemasangan turbin di saluran irigasi
sedemikian rupa sehingga air penggerak turbin dapat dialirkan kembali ke
salurannya, maka efisiensi menjadi lebih besar, karena dengan demikian air
irigasi ditingkatkan daya gunanya.
6. Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian
hutan sehingga ketersediaan air terjamin.
7. Dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi dan
perikanan.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Siring
Gading
Di Siring Gading terdapat dua lokasi PLTMH. PLTMH pertama berada
di wilayah Kepemangkuan Sinar Jaya. PLTMH ini memanfaatkan aliran Sungai Way
Nebak yang juga merupakan batas pekon antara Siring Gading dan Way Haru. Listrik
yang dibangkitkan oleh PLTMH ini digunakan oleh empat rumah untuk menyalakan
lampu pada malam hari. PLTMH ini dikelola secara mandiri oleh beberapa orang
dan tidak dikelola dalam bentuk organisasi.
PLTMH kedua berada di Kepemangkuan Sumber Jaya. PLTMH yang berkapasitas
3 kW ini memanfaatkan aliran Sungai Way Menanga. Sungai Way Menanga merupakan
batas antara permukiman warga dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(TNBBS). PLTMH ini digunakan untuk menghidupkan listrik di 37 rumah warga di
Kepemangkuan Sumber Jaya.
Gambar 3. Papan Nama Kelompok Tani
Hutan Sido Makmur
PLTMH ini dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui
Kelompok Tani Hutan (KTH) Sido Makmur. KTH ini adalah binaan dari Balai Besar
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Masyarakat bersama dengan Balai Besar
TNBBS bekerjasama dalam mewujudkan PLTMH ini. Pembangunannya pun dibiayai 50 %
oleh Balai Besar TNBBS dan 50 % swadaya gotong royong oleh masyarakat. Seperti
yang telah disampaikan, salah satu keunggulan dari kehadiran PLTMH adalah agar
terjaganya hutan dengan baik. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat
menjaga kelestarian hutan khususnya di daerah hulu agar air di Sungai Way
Menanga tetap terjaga.
KTH Sido Makmur berperan dalam manajemen pengelolaan dan
perawatan PLTMH. Warga Sumber Jaya dikenakan iuran sebesar Rp. 25.000,00 yang
kemudian digunakan sebagai biaya operasional, perawatan, gaji pengelola serta
kas KTH. Listrik ini digunakan oleh warga untuk penerangan. Ada beberapa warga
yang mempunyai televisi bisa menggunakan listrik ini. Mereka yang menggunakan
listrik di luar untuk beban penerangan dikenakan iuran lebih banyak, yaitu
sebesar Rp. 50.000,00.
Gambar 4. Perjalanan Menuju Lokasi
PLTMH
Gambar 5. Bak Penampungan Air PLTMH
PLTMH ini terletak sekitar 300 meter tepat di belakang
permukiman Sumber Jaya. Turbin dan generator diletakkan di pinggir tebing tepat
di samping air terjun yang berketinggian sekitar 15 meter. Untuk mencapai
lokasi turbin dan generator, para teknisi PLTMH harus menuruni tebing dengan
berpegangan pada tali yang sudah disiapkan. Berikut proses perawatan yang
dilakukan oleh Teknisi KTH Sido Makmur.
Video Perawatan PLTMH di Tepian TNBBS
Pada akhirnya, keberadaan PLTMH tersebut bukan hanya
diartikan sebagai sumber energi listrik yang bisa digunakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh lagi, keberadaan PLTMH ini juga diharapkan
mampu menyadarkan manusia bahwa hidup harus selaras dengan alam. Artinya, tanpa
penjagaan yang baik terhadap hutan, maka suatu saat air yang mengalir di Sungai
Way Menanga yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk
untuk menggerakkan turbin PLTMH akan segera kering dan suatu ketika akan
mengalirkan jumlah air yang tidak terhingga jumlahnya.
Bagaimana nasib keberadaan PLTMH tersebut setelah
dilaksanakan pembangunan PLTS Terpusat? Tunggu ceritanya di posting-posting
selanjutnya.
#15HariCeritaEnergi
#DiaryofPatriotEnergi
#DiaryofPatriotEnergi
Referensi:
Hendar, Ujang. 2007. Desain, Manufacturing dan Instalasi
Turbin Propeller Open Flume Ø 125 Mm di Cv Cihanjuang Inti Teknik Cimahi-Jawa
Barat. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
IBEKA. 2008. Manual Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro. IBEKA-JICA. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar