Energi Berkeadilan #10:
Proses Pengangkutan
Komponen Pembangkit dan Rumah Kontrol
Gambar 1. Proses Pengangkutan
Material dari Pantai Way Haru Menuju Lokasi PLTS Terpusat Way Haru
Proses pembangunan PLTS Terpusat di wilayah Marga Belimbing
terkendala sekali dengan proses pengangkutan material. Pembangunan sempat
tertunda untuk beberapa waktu akibat material PLTS yang tak kunjung datang ke
lokasi pembangunan. Salah satu faktor yang menjadi kendala adalah ketersediaan
moda tranportasi laut yang sangat terbatas. Belum lagi, pada kisaran Bulan
Oktober 2016, cuaca tidak begitu bersahabat bagi para pelaut. Mereka tidak
berani untuk mengangkut material-material PLTS apabila kondisi cuaca tidak
menentu. Apalagi mayoritas material pada tahap kedua ini merupakan material
elektronik yang sangat sensitif terhadap air. Pengangkutan material tahap kedua
ini terdiri dari komponen-komponen elektrik, seperti: panel surya, inverter, solar charge controller (SCC), energy limiter, instalasi rumah,
instalasi lampu Penerangan Jalan Umum (PJU), kabinet baterai dan
komponen-komponen lainnya.
Gambar 2. Kapal-Kapal yang Sedang
Menunggu untuk Menepi di Pantai Way Haru
Pada pengiriman material tahap pertama, pengiriman dari
kecamatan menuju pekon dikoordinasikan oleh masing-masing pekon. Hanya Pekon
Siring Gading yang memutuskan untuk menggunakan moda laut. Sementara yang
lainnya mengandalkan transportasi darat menggunakan gerobak sapi. Pengangkutan
menggunakan gerobak sapi pada saat itu dirasa tidak berjalan dengan baik karena
berbagai alasan. Salah satunya adalah susahnya koordinasi antara pengendara
gerobak sapi dan koordinator masing-masing pekon. Belajar dari pengalaman
tersebut, apalagi jumlah material yang diangkut lebih banyak, maka pengangkutan
material tahap kedua dari kecamatan menuju wilayah Marga Belimbing diputuskan
menggunakan moda transportasi laut. Pada pengiriman material tahap kedua ini
diperlukan manajemen pengiriman yang baik karena jumlah material yang sangat
banyak.
Gambar 3. Proses Muat Kapal di Pelabuhan
Kota Jawa
Material tahap kedua ini dikirim ke dua lokasi yang berbeda.
Untuk Pekon Bandar Dalam, material diturunkan di Pantai Karang Canggung.
Sementara itu, untuk pekon yang lainnya, material diturunkan di Pantai Way
Haru. Komunikasi sangat penting keberadaannya dalam proses pengiriman material
ini. Sebelum kapal diberangkatkan, penanggung jawab pengiriman material yang
berada di Pelabuhan Kota Jawa harus menghubungi koordinator masing-masing pekon
yang berada di wilayah Marga Belimbing. Hal ini berkaitan dengan kesiapsediaan
rombongan yang akan melaksanakan aktivitas bongkar muatan kapal di
masing-masing lokasi. Yang menjadi tantangan adalah sinyal di wilayah Marga
Belimbing sangat terbatas sekali keberadaannya. Oleh karena itu, koordinator
yang akan membongkar muatan kapal harus siap sedia di lokasi yang ada
sinyalnya. Beberapa lokasi yang ada sinyalnya adalah di Pantai Karang Canggung
dan Pantai Way Haru. Hal ini sangat penting untuk efisiensi waktu karena bisa
saja pada hari yang sudah dijadwalkan, kapal tidak jadi berangkat karena cuaca
yang tiba-tiba tidak tepat untuk melaut. Setelah dipastikan kapal berangkat,
koordinator bongkar muat segera menghubungi masyarakat lain yang akan melakukan
aktivitas bongkar muatan kapal. Sebagai informasi, lama penyeberangan dari
Pelabuhan Kota Jawa menuju Pantai Karang Canggung dan Pantai Way Haru adalah
1.5 – 2 jam.
Gambar 4. Aktivitas Bongkar Muatan
Kapal di Pantai Way Haru
Pengangkutan Material
dari Pelabuhan Way Haru menuju Masing-Masing Pekon
Proses pengangkutan material dari Pantai Way Haru/Pantai
Karang Canggung dilakukan dengan gotong royong masyarakat masing-masing pekon. Secara
umum, gotong royong dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama adalah gotong royong
yang dilakukan oleh aparatur pekon. Aparatur pekon bertugas untuk menurunkan
material-material PLTS (melakukan aktivitas bongkar muatan) dari kapal nelayan
untuk ditaruh di gudang di Pantai Way Haru/Pantai Karang Canggung sebelum
diangkut menuju lokasi masing-masing lokasi PLTS Terpusat. Aparatur pekon juga
bertugas dalam menjaga material-material PLTS sembari menunggu semua material
PLTS diangkut menuju lokasi pembangunan PLTS.
Yang kedua adalah gotong royong yang dilakukan oleh
masyarakat masing-masing pekon untuk mengangkut material PLTS Terpusat, seperti
panel surya, baterai, inverter dan peralatan elektronik lainnya. Secara teknis,
gotong royong ini dikomandoi oleh masing-masing Pemangku. Berbagai cara yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mengangkut material PLTS. Masyarakat Pekon
Siring Gading sendiri melakukan pengangkutan material PLTS dengan berbagai
cara, mulai dari dipanggul maupun dengan motor ojek. Misalnya: ada panel surya
yang dibawa dengan cara dipanggul, ada juga yang dibawa dengan motor ojek.
Begitu halnya dengan baterai dan inverter. Banyak cara yang bisa dilakukan
dalam mengangkut material tahap kedua ini. Namun, pada intinya adalah harus
tetap memperhatikan keamanan material tersebut dikarenakan material tersebut
rentan mengalami kerusakan. Pengangkutan material dengan cara yang salah dapat
mengakibatkan kerusakan pada material-material PLTS, seperti baterai maupun
panel surya. Pada proses pengangkutan ini, beberapa aparatur pekon juga
bertugas untuk menghitung/mengawasi material yang diangkut oleh masyarakat
sehingga material dapat sampai di lokasi PLTS Terpusat dengan baik.
Gambar 5. Ragam Pengangkutan Material
PLTS Terpusat
Beberapa masyarakat Way Haru, Way Tias dan Bandar Dalam yang
memiliki gerobak sapi juga menggunakan moda tersebut untuk mengangkut material
PLTS Terpusat. Masyarakat Way Haru menggunakan gerobak sapi untuk mengangkut
baterai dan inverter. Bisa dikatakan, hampir semua moda yang ada digunakan
untuk mengangkut material PLTS Terpusat. Bahkan, beberapa masyarakat Bandar
Dalam dan Way Haru juga melakukan pengangkutan kabel distribusi dengan cara
dipanggul. Kabel distribusi yang memiliki massa 800 kg dan panjang 1000 meter
dipanggul oleh sekitar 80 orang.
Proses Pengangkutan
Kabinet Baterai
Gambar 6. Proses Penurunan Kabinet
Baterai dari Kapal
Pada proses pengangkutan material tahap kedua ini, material
yang paling susah untuk diangkut adalah kabinet baterai. Kabinet baterai
terdiri dari dua jenis. Jenis yang pertama berukuran lebih kecil. Kabinet
baterai ini akan dipasang di dalam rumah shelter atau biasa disebut kabinet
baterai indoor. Kabinet baterai indoor memiliki massa 250 kg. Sementara itu, jenis
kabinet baterai yang kedua adalah kabinet baterai outdoor yang memiliki massa
350 kg. Dengan dimensi yang begitu besar, proses pengangkutan kabinet baterai
ini pun menjadi tantangan tersendiri.
Ada berbagai cara dilakukan dalam proses pengangkutan kabinet
baterai ini. Masyarakat Siring Gading, Way Haru dan Kepemangkuan Bandar Dalam
Induk melakukan pengangkutan kabinet baterai menggunakan gerobak sapi. Pada
proses pengangkutan kabinet baterai dengan gerobak sapi, disediakan beberapa
sapi cadangan. Hal tersebut dikarenakan terkait dengan massa yang biasa ditarik
oleh sapi. Biasanya sapi hanya menarik gerobak dengan massa maksimal adalah 250
kg. Seperti diketahui bahwa kabinet baterai outdoor memiliki massa 350 kg. Ketika
ada sapi yang kelelahan, maka akan segera diganti oleh sapi yang lainnya. Proses
pengangkutan kabinet baterai dengan gerobak sapi juga diiringi oleh banyak
orang. Hal ini bertujuan untuk mengatur keseimbangan gerobak ketika melewati
jalanan yang terjal, seperti ketika melewati parit maupun sungai ataupun ketika
melewati jalan menanjak maupun menurun. Sementara itu, beberapa masyarakat
mengangkut kabinet baterai dengan cara dipanggul, seperti yang dilakukan oleh
masyarakat Kepemangkuan Rawa Becik, Bandar Dalam dan masyarakat Way Tias.
Proses pengangkutan kabinet baterai dengan cara dipanggul memiliki kesulitan
dalam mengatur formasi orang dalam mengangkut kabinet baterai.
Video 1. Proses Pengangkutan Kabinet
Baterai Menggunakan Gerobak Sapi
Proses pembangunan PLTS Terpusat yang merupakan program dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memang membutuhkan kerja keras dan
kerja sama dari semua pihak, termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Proses pengangkutan
material tahap kedua ini membutuhkan waktu dan energi yang luar biasa. Dengan
selesainya proses pengangkutan material tahap kedua ini, maka proses
pembangunan PLTS Terpusat dapat segera diselesaikan karena kendala utama dalam
proses pembangunan PLTS Terpusat di Wilayah Marga Belimbing adalah tersendatnya
proses pengiriman material.
#15HariCeritaEnergi
#DiaryofPatriotEnergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar