Kamis, 22 Agustus 2013

Menyalakan (Lagi) Cahaya di Perkampungan Cari

Cerita ini hanya fiktif belaka, terinspirasi dari kisah nyata dan kenyataan di sini adalah fana.
Spesial untuk Pak Sumarno dan Seluruh Warga RT 02 Padukuhan Danggolo.

Saat menjelang kumandang adzan Maghrib bergema di Perkampungan Cari, Marno (35 tahun) bergegas pulang dari ladang yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya. Di ladang tersebut, Bapak dari seorang anak bernama Niko (11 tahun), menggantungkan penghasilannya dengan memelihara 3 ekor kambing serta merawat beberapa hektar tanah yang dimanfaatkan untuk menanam ketela pohon atau tanaman palawija lainnya. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke rumahnya dengan jalan kaki.


Sesampainya di rumah, Marno bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk menyongsong sholat Maghrib berjamaah di Musholla Al Ikhlas, sekitar 100 meter dari rumahnya. Adzan Maghrib berkumandang seketika itu, sejurus kemudian satu per satu lampu di Perkampungan Cari pun menyala, sungguh indah pemandangan lampu tersebut di salah satu pemukiman kecil di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, pemukiman yang terpisah dari pemukiman padat lainnya di Padukuhan Danggolo. Warga pun berbondong-bondong ke Musholla kecil tersebut, sungguh menambah indah dan tentram pemukiman tersebut.
Lampu-lampu tersebut merupakan lampu bertenaga surya atau lebih tepatnya lampu yang memanfaatkan teknologi Solar Home System (SHS), Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala rumahan yang disertai dengan tiga buah lampu TL berdaya 10 Watt, yang merupakan bantuan dari Pemerintah melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebanyak 25 paket sesuai dengan jumlah rumah yang ada di pemukiman tersebut. Tapi cerita tentang nyala lampu tersebut adalah cerita dahulu, akhir tahun 2009 ketika bantuan tersebut baru diberikan. Tahun 2012, hanya tersisa 6 SHS yang masih berfungsi, sementara yang lain mengalami kerusakan.
“Ketika Perkampungan Cari mendapatkan bantuan dari Pemerintah, kami tidak dibekali dengan cara merawat dan menggunakan Panel Surya, jadi ya begini satu per satu Panel Surya mengalami kerusakan,” ujar Marno. Panel Surya yang dimaksud Marno tersebut adalah SHS, istilah yang juga biasa digunakan oleh warga Perkampungan Cari yang lainnya.
Kondisi Solar Home System tersebut diperparah setelah listrik PLN masuk Perkampungan Cari pada awal tahun 2012. SHS semakin terbengkalai. Padahal Marno menuturkan bahwa meskipun warga sudah menggunakan listrik PLN, namun Panel Surya sangat membantu dalam mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk biaya listrik.
“Dulu ya ketika Panel Surya masih berfungsi, pulsa listrik PLN 20.000 rupiah bisa dipakai untuk 2 bulan. Kalau sekarang pulsa 20.000 rupiah untuk 1,5 bulan saja tidak sampai,” ujar Marno dengan logat Gunungkidul-nya yang sangat khas.
Nasi sudah menjadi bubur, masyarakat Perkampungan Cari hanya berharap bahwa SHS yang mereka miliki dapat berfungsi kembali. Meskipun listrik PLN sudah masuk ke Perkampungan Cari, masyarakat ingin menggunakan kembali SHS yang mereka miliki dan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah terjadi pada SHS yang mereka miliki, warga ingin mengetahui bagaimana cara menggunakan dan merawat SHS jika dapat berfungsi kembali.
Marno, yang dilantik menjadi ketua RT sekitar 6 bulan yang lalu, berharap bahwa ada pihak yang bisa membantu masyarakat Perkampungan Cari dalam perbaikan SHS. Gayung pun bersambut, pada bulan Juli-Agustus 2012 terdapat program Kuliah Kerja Nyata Pelatihan Pembelajaran Masyarakat (KKN PPM) Universitas Gadjah Mada di Desa Purwodadi, khususnya di Padukuhan Danggolo dimana Perkampungan Cari berada. Di periode KKN yang sangat singkat tersebut, tim mahasiswa menemukan kondisi SHS yang ada.
Cecep, salah satu mahasiswa Teknik Fisika UGM yang tergabung dengan tim KKN PPM tersebut, berinisiatif untuk menindaklanjuti hasil temuan pada saat KKN tahun 2012. Bersama dengan Arif dan Shohib, adik angkatannya, mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi perawatan SHS.
Marno menuturkan bahwa masyarakat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan sosialisasi perawatan SHS. Rangkaian kegiatan sosialisasi yang mereka ikuti adalah sosialisasi perawatan, pembentukan tim teknisi masyarakat, pembenahan SHS yang mengalami kerusakan bersama dengan tim teknisi serta pembentukan organisasi pengelola SHS Perkampungan Cari.
“Tentunya kami sangat bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Akhirnya kami bisa menikmati kembali nyala lampu dengan tenaga Panel Surya,” tutur Marno setelah mengikuti serangkaian kegiatan sosialisasi perawatan SHS.
Dalam sosialisasi perawatan SHS, Marno mendapatkan pengetahuan bagaimana caranya menggunakan dan merawat SHS. Diantaranya adalah dalam pengisian aki secara rutin yang sangat mudah untuk dipraktikkan namun dapat berakibat fatal jika tidak dilaksanakan. Seperti diketahui bahwa salah satu penyebab utama kerusakan SHS adalah karena komponen aki mengalami kerusakan akibat tidak dilakukan pengisian air aki secara rutin.
Di sela-sela kesibukannya berladang, Marno beserta empat pemuda warga Perkampungan Cari mempelajari teknik pengecekan kerusakan pada SHS serta bagaimana cara menanggulanginya. Marno beserta ke empat pemuda tersebut akhirnya diberi amanah sebagai “Tim Teknisi SHS” oleh warga Perkampungan Cari. “Tim Teknisi SHS” selalu bersiap siaga jika di kemudian hari ada SHS yang mengalami masalah.
Tugas pertama dari “Tim Teknisi SHS” adalah membenahi SHS yang mengalami kerusakan. Dari 25 SHS, 6 masih berfungsi normal sementara 19 SHS mengalami kerusakan. Tugas yang sangat berat. Dengan didampingi Cecep, Shohib dan Arif, “Tim Teknisi SHS” akhirnya berhasil membenahi 10 buah SHS, sehingga sekarang ada 16 SHS yang masih berfungsi.
“Alhamdulillah, dengan kegiatan yang sudah kami ikuti akhirnya banyak SHS yang bisa diperbaiki. Ya walaupun tidak semuanya, kami tetap bersyukur,” ucap Marno sambil membinarkan senyum serta mata yang berkaca-kaca.
Pada akhirnya, Marno berharap agar ke 16 buah SHS yang sudah berfungsi kembali dapat digunakan dan dirawat oleh masyarakat dengan baik. Bagaimanapun juga, SHS yang ada merupakan bentuk bantuan yang harus dijaga. SHS yang dulunya merupakan secercah “Cahaya” di kegelapan malam langit Perkampungan Cari. Sekarang menyala (lagi) dan membangkitkan kembali keindahan suasana malam Perkampungan Cari.
“Ya meskipun kami masyarakat kecil dan tidak bisa berpikir macem-macem karena pendidikan kami juga rata-rata menthok di SD, kami sangat senang karena kami bisa berbuat sedikit dengan memanfaatkan Panel Surya yang diberikan Pemerintah,” pungkas Marno di temani suara jangkrik dan suara angin malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar