Rabu, 21 Agustus 2013

Menunggu Vonis, Menjadi Seorang Terdakwa



Tulisan ini sebenarnya sudah terbayang-bayang sangat lama sekali, lamaaa. Teruntuk bagi semua orang yang sedang mengalami kondisi yang sangat deg deg serrrrr. Teruntuk bagi jiwa-jiwa yang sedang mengalami kegelisahan, keresahan, kebimbangan, ketidakjelasan nasib. Fiuuuhh


Menunggu vonis merupakan hal yang sangat mendebarkan dan mengusik ketenangan, setidaknya bagi saya pribadi. Vonis ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang sedang mengalami masalah hukum saja. Orang yang sedang menjalani sekolah/kuliah pasti pernah merasakan Ujian Akhir Semester, Ujian Akhir Nasional, Ujian Skripsi (yang ini belum pernah ngalami, semoga disegerakan :D) dan ujian jenis yang lainnya. Vonis juga berlaku bagi mereka yang sedang mengalami dakwaan sakit X (bagi yang sedang sakit semoga lekas sembuh dan semoga mendapat ampunan di setiap rasa sakit dan tidak nyaman yang dirasakan), vonis yang dimaksud adalah menunggu hasil diagnosa dokter. Meskipun misalnya menurut data, penyakit X hanya menjakit 1 orang dari 100.000.000 orang atau artinya sangat kecil kemungkinannya bagi seseorang untuk menderita penyakit tersebut, kalo misalnya terjadi pada seseorang di Indonesia artinya temannya hanya 2 Bung se-Indonesia! >.< Masih banyak lagi contoh ‘menunggu vonis’ versi yang lainnya.
Ada yang senang dengan putusan hukumnya, ada yang senang dengan hasil ujian akademiknya pun ada yang bahagia karena tidak sakit keras. Begitu juga sebaliknya, ada yang merasa tidak adil akan keputusan hukum yang membelitnya, ada yang menyesali akan hasil ujiannya dan juga ada yang merasa sangat menderita akan penyakit yang dideritanya. Itulah beragam ekspresi yang biasa diungkapkan untuk menyikapi vonis yang dialami. Tetapi, dalam setiap vonis yang dihadapi sebenarnya selalu ada pesan yang ingin disampaikan Tuhan ke kita. Barangkali, dengan putusan hukum yang membelit jika kita tidak dihukum, kita akan semakin kebablasan berbuat curangnya. Barangkali, jika mendapatkan nilai yang bagus pada saat itu, membuat kita akan semakin malas belajar karena kepuasannya sehingga kita tenggelam dalam nilai yang bagus pada saat itu saja. Barangkali, jika kita tidak divonis sakit pada saat itu, kita akan semakin kebablasan berbuat maksiatnya. Percayalah, bahwa di setiap vonis pasti ada skenario terbaik dari Tuhan untuk kita. Bukankah Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan membebani manusia melebihi batas kemampuan yang dimiliki masing-masing manusia?

Itu baru vonis di dunia!!!
*Menunggu keputusan apakah “lamaran” kita diterima atau tidak juga termasuk vonis lhooo. :3 (abaikan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar