Jumat, 21 Agustus 2015

Peran Generasi ‘Berenergi’ dalam Energi Terbarukan dan Konservasi Energi



Kebutuhan energi semakin hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah manusia. Seperti diketahui bahwa pada saat ini sumber energi yang digunakan, baik untuk sektor transportasi maupun untuk pembangkitan energi listrik, didominasi oleh energi fosil. Energi fosil merupakan sumber energi tak terbarukan sehingga pada masa mendatang energi tersebut akan habis. Beberapa energi tak terbarukan tersebut antara lain: minyak bumi, gas dan batubara. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa cadangan minyak bumi, gas dan batubara yang ada di Indonesia secara berturut-turut hanya akan bertahan sampai pada tahun 2023, 2066 dan 2205. Padahal, sumber daya energi tersebut bukan hanya milik generasi pada saat ini, melainkan untuk generasi berikutnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menghemat penggunaan energi tak terbarukan maupun upaya untuk mencari energi alternatif dari energi fosil. Upaya tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: usaha konservasi energi dan usaha penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat bervariatif dan melimpah. Beberapa jenis energi tersebut adalah energi surya, angin, mikrohidro, bioenergi, energi berbasis kelautan, panas bumi dan lain-lain. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh Pemerintah, Industri, Perguruan Tinggi maupun masyarakat dalam implementasi penggunaan energi terbarukan, misal: penerangan jalan umum berbasis energi surya di Perkotaan, Solar Home System di daerah terpencil maupun instalasi biogas kotoran hewan di area peternakan.
Sementara itu, konservasi energi adalah upaya penggunaan energi secara bijaksana sesuai dengan kebutuhan sehingga pemborosan dapat dihindari. Pada dasarnya, kegiatan konservasi energi lebih mudah untuk diimplementasikan jika dibandingkan dengan pembuatan pembangkit energi baru. Upaya konservasi energi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, misalnya penghematan dalam skala gedung, rumah tangga sampai pada tataran individu.
Dalam rangka untuk mewujudkan pemanfaatan energi terbarukan maupun usaha konservasi energi, diperlukan upaya kerjasama yang baik dari berbagai pihak, yaitu antara Pemerintah, Industri dan Masyarakat. Masyarakat merupakan pihak yang secara langsung menggunakan energi. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penggunaan energi. Pemuda sebagai generasi yang hidup dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu unsur yang bisa menjadi agen dalam upaya penggunaan energi di kehidupan masyarakat. Pemuda dapat mengambil peran penting dalam upaya pengembangan energi terbarukan maupun usaha konservasi energi.
Beberapa peran yang bisa dilakukan oleh Pemuda dalam usaha konservasi dan penggunaan energi terbarukan adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Gambaran Peran Pemuda dalam 
Penggunaan Energi Terbarukan dan Upaya Konservasi Energi

1. Upaya Konservasi Energi

Sasaran utama dalam kampanye konservasi energi adalah masyarakat perkotaan karena hampir seluruh masyarakat perkotaan di Indonesia mendapatkan akses dari jaringan listrik PLN. Oleh karena itu, kampanye pada pentingnya perilaku hemat energi dalam kehidupan sehari-hari harus selalu dilakukan. Perilaku hemat energi yang dimaksud adalah penggunaan peralatan listrik sesuai dengan kebutuhannya. Contohnya adalah mematikan lampu, televisi dan AC pada saat tidak digunakan. Berikutnya adalah mengenai penggunaan peralatan listrik yang hemat energi, seperti penggunaan lampu berbasis LED di rumah-rumah. Walaupun harga lampu hemat energi berbasis LED relatif lebih mahal dibandingkan dengan lampu-lampu konvensional, penggunaan lampu hemat energi dalam jangka panjang akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena biaya penggunaan lampu LED lebih murah. Selain itu, Pemuda dapat menjadi pelopor dalam mencontohkan perilaku hemat energi sebagai suatu usaha konservasi dalam lingkup sekecil mungkin di rumah sendiri.

2. Pendampingan Program Energi Terbarukan

Seperti yang sudah disampaikan pada paragraf kedua, di Indonesia sudah terdapat banyak instalasi energi terbarukan baik dengan skala besar, menengah maupun kecil. Khusus dalam penggunaan energi terbarukan dalam skala kecil, biasanya penggunanya adalah masyarakat yang terletak di daerah yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Lokasi tersebut identik dengan lokasi pulau kecil dan sangat jauh, aksesnya susah dan daerah perbatasan. Beberapa instalasi energi terbarukan tersebut adalah Solar Home System (SHS). SHS merupakan pembangkit listrik tenaga surya untuk skala rumah. Umumnya, SHS bisa digunakan untuk penerangan pada malam hari. Program ini biasanya berasal dari bantuan Pemerintah maupun program bantuan sosial dari perusahaan. Dalam pelaksanaannya, sering kali masyarakat tidak dibekali dan didampingi dengan baik dalam hal penggunaan dan perawatan SHS yang diberikan. Akibatnya adalah SHS yang ada di masyarakat tidak dapat beroperasi dengan optimal dan tidak bisa digunakan sesuai dengan usia hidup yang semestinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya dalam pendampingan masyarakat dalam persiapan, pemasangan, maupun penggunaan SHS. Dalam hal ini, pemuda bisa dilibatkan untuk mendampingi masyarakat dari persiapan sampai penggunaan SHS. Pemuda ini bisa berasal dari daerah setempat maupun daerah lain. Pada akhirnya, diharapkan instalasi energi terbarukan yang ada di masyarakat dapat beroperasi dengan baik sesuai waktu hidup dari peralatan.

3. Inovasi

Pemuda merupakan masa dimana kemampuan kreativitasnya masih sangat tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan dengan mendorong pemuda untuk berinovasi di bidang teknologi pemanfaatan energi terbarukan maupun teknologi konservasi energi. Upaya ini diutamakan bagi pemuda yang sedang menempuh pendidikan baik di jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan maupun Perguruan Tinggi.

4. Diskusi Mengenai Energi Terbarukan dan Konservasi Energi

Upaya ini bertujuan untuk mengajak generasi ‘berenergi’ yang lainnya di seluruh penjuru nusantara untuk mengkampanyekan mengenai energi terbarukan dan konservasi energi. Dalam istilah Jawa, diharapkan dapat terjadi fenomena ‘gethok tular’ yang berarti pemuda  ke satu mengajak pemuda kedua, pemuda kedua mengajak pemuda yang ketiga, begitu seterusnya. Salah satu wadah yang bisa digunakan untuk mempercepat proses ‘gethok tular’ adalah Indonesia’s Youth Forum for Renewable Energy and Efficiency Energy (IYFREE). IYFREE diharapkan mampu menjadi wadah bagi para generasi ‘berenergi’ untuk mengkampanyekan energi terbarukan dan konservasi energi.


Gambar 3. Stand IYFREE di Indo EBTKE Conex 2015

Pada akhirnya, diharapkan semua pihak dan generasi memiliki peran masing-masing dalam penggunaan energi tarbarukan maupun upaya konservasi. Upaya tersebut merupakan sebuah investasi agar beberapa generasi yang akan datang dapat menikmati akses energi yang lebih layak dibandingkan pada saat ini.
Selain ide-ide yang telah disampaikan di atas, kira-kira apa saja yang bisa dilakukan pemuda dalam penggunaan energi terbarukan dan upaya konservasi energi?
Mari kita pikirkan dan setelah itu yang lebih penting, mari kita laksanakan.

Salam

Energenius for Genius Generation!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar