Ideku untuk PLN: Peran PLN dalam Mewujudkan
Catur Dharma Energi
Gambar
1. Berbagai Respon Masyarakat dalam Menyikapi Pemadaman Listrik Melalui Media Twitter
Berdasarkan
gambar 1, sangat beragam respon dari masyarakat dalam menyikapi pemadaman listrik
yang dilakukan PLN.
“Mari hemat dalam menggunakan listrik, matikan
lampu jika tidak digunakan.” Kurang
lebih seperti itu bunyi iklan PLN dalam mengkampanyekan gerakan hemat energi
listrik.
Satu hal yang unik adalah hanya
Perusahaan Listrik Negara (PLN), pelaku bisnis yang menghimbau konsumennya agar
tidak banyak-banyak menggunakan produk jasanya.
Gambar 2. Ribuan Warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah Melakukan Aksi Menolak Rencana Pembangunan PLTU di Jalan
Di
saat kondisi ketersediaan pasokan listrik yang dimiliki oleh PLN kurang, secara
otomatis akan dilakukan pemadaman listrik. Seketika, para pelanggan PLN
melakukan protes. Seperti tidak melihat kondisi di luar sana, banyak pelanggan
lain yang mengalami penyalaan listrik secara bergilir, bukan pemadaman bergilir
dikarenakan waktu menyalanya listrik lebih sebentar dibanding mati listriknya.
Bahkan, lebih banyak lagi (calon) pelanggan yang tidak menikmati nyalanya
listrik PLN di daerah-daerah perbatasan maupun tertinggal di seluruh penjuru Nusantara.
Parahnya, kondisi pasokan listrik PLN yang sangat terbatas tersebut tidak
mempermudah PLN dalam pembangunan pembangkit baru. Terjadi penolakan
dimana-mana apabila PLN ingin membangun pembangkit, seperti yang terjadi
sekarang ini di Batang, Jawa Tengah (Lihat Gambar 2). Padahal sudah jelas bahwa pembangunan
pembangkit listrik tersebut diperuntukkan bagi para konsumen listrik yang
berstatus sebagai pendemo tersebut juga. Terjadi hal yang sangat kontradiktif,
usaha PLN untuk memperbesar kapasitas pembangkitnya ditentang oleh para
pelanggannya sendiri. Sekilas sebagai pembuka mengenai sesuatu yang dilematis
bagi PLN.
Dalam
rangka meningkatkan kualitas kinerja PLN, khususnya dalam kualitas pelayanan
dan penyediaan listrik bagi masyarakat, perlu dilakukan berbagai upaya ataupun
gagasan bagi PLN. Gagasan maupun upaya yang bisa dilakukan PLN dalam
mengatasi berbagai kendala yang dihadapi yang berkaitan dengan penyediaan
kapasitas energi listrik sejalan dengan Catur Dharma Energi (Kepmen ESDM No. 4051 K/07/MEM/2013) yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. PLN memiliki posisi yang strategis untuk membantu dalam mewujudkan
Catur Dharma tersebut. Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa listrik erat
kaitannya dengan energi fosil. Sekitar 91 % pembangkit yang dimiliki oleh PLN
membutuhkan energi fosil, mulai dari batubara, minyak bumi maupun gas alam (Wardiyono,
2014). Lebih detail mengenai implementasi peran serta PLN dalam Catur Dharma
tersebut sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
PLN dirinci sebagai berikut.
Gambar
3. Catur Dharma Energi
Catur
Dharma 1: Tingkatkan Produksi Migas dan Catur Dharma 2: Kurangi Pemakaian dan
Impor Bahan Bakar Minyak (BBM)
Catur
Dharma 1 dan 2 berkaitan erat dengan bahan bakar fosil. Selain sektor
transportasi, pengguna BBM terbesar adalah sektor pembangkitan energi listrik. Di
sini peran PLN adalah dalam mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakar
pembangkitan energi listrik.
Penggunaan Biodiesel sebagai Pengganti Solar
pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Seperti
diketahui banyak sekali pembangkit listrik milik PLN yang menggunakan bahan
bakar solar untuk menggerakkan PLTD. Berdasarkan data yang dilansir oleh PLN, pembangkitan
listrik yang berasal dari PLTD sekitar 12 % dari total pembangkitan listrik
oleh PLN pada tahun 2013. Terlebih di daerah-daerah yang terletak jauh dari
pulau-pulau besar, pembangkit listrik yang digunakan adalah PLTD. Keberadaan solar
yang langka dan mahal merupakan kendala tersendiri bagi PLTD yang ada di
daerah-daerah terpencil, semisal yang ada di Pulau Maratua, Kabupaten Berau,
Kalimantan Utara. Beberapa PLTD tidak bisa beroperasi karena ketersediaan dan
harga solar yang sangat mahal.
Biodiesel
merupakan bahan bakar mesin diesel sebagai pengganti solar. Biodiesel dapat
diproduksi dari berbagai macam limbah industri, misalnya limbah industri sawit
maupun limbah industri gula yang banyak tersedia di Indonesia. Selain itu,
masih banyak tersedia limbah pertanian yang dapat dijadikan sebagai bahan baku
biodiesel. Apalagi biodiesel sudah digunakan sebagai campuran 10 % solar yang
beredar di SPBU sebagai bahan bakar kendaraan motor bermesin diesel sesuai
dengan mandatori yang dikeluarkan Kementerian ESDM. Hal ini diperkuat dengan
langkah Pemerintah yang ingin menggalakkan produksi bioenergi sebagai garda
terdepan dalam peningkatan penggunaan energi terbarukan. Sekitar 20 % komposisi
energi terbarukan berasal dari
bioenergi, termasuk di dalamnya adalah biodiesel. Seperti diketahui bahwa target
Pemerintah pada tahun 2025 mengenai bauran energi nasional, sebesar 23 % dari
total penggunaan energi berasal dari energi terbarukan.
Catur
Dharma 3: Dorong Masif Pengembangan EBT
Pembangunan Pembangkit Berbasis EBT (Energi Baru
Terbarukan)
Pembangunan
pembangkit berbasis EBT sangat cocok dibangun di Indonesia. Hal tersebut sesuai
dengan karakteristik Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam potensi
energi terbarukan. Sumber EBT tersebut antara lain adalah Panas Bumi, Energi
Air, Bioenergi, Surya
serta Energi Samudera. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau tidak
memungkinkan hanya membangun pembangkit di satu tempat saja karena terkendala
masalah distribusi listrik. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan pembangkit
di tempat-tempat tertentu yang tidak terjangkau jaringan distribusi. Karakter
ini sangat cocok dengan keberadaan sumber energi terbarukan di Indonesia yang
tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis
EBT sangat cocok untuk dibangun di daerah-daerah terpencil yang tidak
terjangkau akses energi listrik.
Penawaran Paket Pelayanan Solar Home System (SHS) bagi Skala Rumah Tangga
Gambar
4. Solar Home System Berkapasitas 50 Wp untuk Penerangan di Padukuhan Danggolo,
Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul [Sumber: Dokumentasi Tim
PKM M Perawatan Solar Home System UGM
tahun 2013]
Sektor
rumah tangga merupakan salah satu konsumen terbesar PLN. Berdasarkan Data Renstra BPPT (2010-2015) hampir
30,1 % dari kebutuhan energi nasional dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga. Sehingga pemanfaatan energi terbarukan bagi
rumah tangga merupakan sasaran yang sangat tepat. Untuk mengakomodir hal
tersebut, PLN bisa memberikan alternatif bagi konsumen rumah tangga berupa
paket pelayanan jasa pembangunan instalasi pembangkit energi terbarukan untuk
sektor rumah tangga. Misalnya dengan menawarkan paket Solar Home System dengan berbagai kapasitas daya kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Di sini PLN berperan sebagai pihak yang membantu
dalam mengadakan sekaligus berperan sebagai pemberi service jika dalam penggunaanya terjadi kerusakan. Perihal biaya
pengadaan peralatan SHS, alangkah baiknya menjadi tanggung jawab konsumen. Upaya
ini jika dapat diterapkan maka dapat membantu dalam pemasifan pengembangan EBT.
Di sisi lain, inisiatif ini dapat mengurangi beban listrik yang harus
ditanggung oleh PLN sekaligus sebagai langkah antisipasi jika PLN harus
terpaksa melakukan pemadaman listrik, baik bergilir ataupun karena sebab
lainnya.
Kerja Sama Independent
Power Producer (IPP) dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
dalam Pengadaan Pembangkit Listrik Berbasis EBT di Daerah-Daerah Tertinggal
Salah
satu kendala PLN dalam mengembangkan pembangkit yang berbasis EBT adalah harga
investasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini memang biaya investasi EBT sangat mahal. Hal tersebut dikarenakan biaya balik modal yang yang relatif
lama dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) maupun yang lainnya. Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengadaan
pembangkit listrik berbasis EBT. Salah satu pihak yang dapat diajak
kerja sama adalah Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Salah satu
program kerja dari KPDT adalah membangun infrastruktur daerah tertinggal. Prioritas
KPDT dalam pembangunan infrastruktur terletak pada pembangunan Listrik Masuk Desa, Pasar Desa, serta Jalan Desa.
Program Listrik Masuk Desa fokus pada pembangunan listrik yang berbasis EBT,
misalnya: mikrohidro, surya, bioenergi, angin maupun gelombang laut (Taufiq, 2013).
KPDT dalam hal ini berperan
sebagai IPP yang mengadakan pembangkit listrik. PLN dalam hal ini berperan
sebagai operator sekaligus pendistribusi listrik kepada masyarakat. Dengan model
kerjasama ini diharapkan dapat tercapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: tersalurnya
listrik kepada masyarakat di daerah tertinggal, tercapainya target PLN dalam
meningkatkan rasio elektrifikasi serta tersedianya operator Pembangkit Listrik
EBT di daerah tertinggal. Untuk poin yang terakhir, seperti diketahui banyak
sekali pembangkit listrik berbasis EBT yang tidak terawat yang disebabkan tidak
adanya operator yang merawat serta mengoperasikan pembangkit listrik tersebut
dengan baik.
Catur
Dharma 4: Hemat Energi
Catur
Dharma ini berkaitan dengan gerakan konservasi energi. Pengertian konservasi di
sini adalah penggunaan energi sesuai dengan kebutuhan. Catur Dharma ini sangat
berkaitan dengan gagasan yang nantinya akan diaplikasikan kepada para konsumen.
Penghargaan Bagi Pelanggan yang Hemat Energi
Seperti
yang selalu dislogankan oleh Kementerian ESDM bahwa menghemat 1 kWh itu lebih
murah jika dibandingkan dengan membangun pembangkit baru berkapasitas yang sama, maka program kampanye untuk menghemat energi merupakan salah satu langkah praktis
yang bisa ditempuh PLN dalam rangka menghindari terjadinya overload pemakain daya oleh konsumen. Untuk mendukung upaya
tersebut, perlu diberikan stimulus kepada masyarakat, misalnya dengan cara
memberikan penghargaan hemat energi kepada pelanggan. Penghargaan dapat
diberikan kepada setiap jenis konsumen per beban daya di setiap masing-masing
daerah pelayanan PLN. Penghargaan tersebut dapat diberikan setiap bulan. Tentunya
hal ini sangat mudah dengan tersedianya data penggunaan beban listrik konsumen
yang dimiliki PLN. Selanjutnya, penghargaan akan terasa lebih lengkap jika PLN
memberikan hadiah kepada konsumen berupa peralatan elektronik yang berlabel
hemat energi (lebih tepatnya penggantian peralatan elektronik biasa dengan
peralatan elektronik hemat energi), misalnya berupa lampu hemat energi yang
tersusun dari teknologi LED. Dengan pemberian hadiah ini diharapkan dapat
memasyarakatkan penggunaan peralatan elektronik berkategori hemat energi.
Pemberian Hukuman Bagi Pelanggan yang Boros
Pemberian
hukuman bagi pelanggan yang boros diterapkan agar konsumen memakai kebutuhan
energinya sesuai dengan kebutuhan. Monitoring ini dapat diberlakukan dengan
menetapkan standar tertentu berapa banyak jumlah kWh yang diperkenankan oleh
PLN dalam waktu sebulan untuk setiap jenis konsumen per beban daya. Hukuman
yang bisa diterapkan adalah pemutusan listrik selama satu hari atau beberapa
hari, tergantung dari seberapa banyak jumlah kWh melebihi batas standar yang
ditetapkan oleh PLN.
Sekian
#IdeKUuntukPLN dipersembahkan lewat blog ini. Mari kita bantu PLN dalam mewujudkan
Catur Dharma tersebut. Selamat
ulang tahun yang ke 69 bagi Perusahaan Listrik Negera. Semoga semakin menyala
di setiap jengkal tanah pertiwi, sehingga target 100% rasio elektrifikasi
segera terpenuhi.
Bertindak akan lebih bermanfaat dari pada terus
menghujat, walaupun hanya sedikit.
Sleman,
17 Oktober 2014
Referensi