Ideku untuk PLN: Peran PLN dalam Mewujudkan
Catur Dharma Energi
Gambar
1. Berbagai Respon Masyarakat dalam Menyikapi Pemadaman Listrik Melalui Media Twitter
Berdasarkan
gambar 1, sangat beragam respon dari masyarakat dalam menyikapi pemadaman listrik
yang dilakukan PLN.
“Mari hemat dalam menggunakan listrik, matikan
lampu jika tidak digunakan.” Kurang
lebih seperti itu bunyi iklan PLN dalam mengkampanyekan gerakan hemat energi
listrik.
Satu hal yang unik adalah hanya
Perusahaan Listrik Negara (PLN), pelaku bisnis yang menghimbau konsumennya agar
tidak banyak-banyak menggunakan produk jasanya.
Gambar 2. Ribuan Warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah Melakukan Aksi Menolak Rencana Pembangunan PLTU di Jalan
[Diambil dari: http://www.tempo.co/read/news/2013/09/05/206510767/Meski-Ditolak-Warga-PLTU-Batang-Tetap-Dibangun]
Di
saat kondisi ketersediaan pasokan listrik yang dimiliki oleh PLN kurang, secara
otomatis akan dilakukan pemadaman listrik. Seketika, para pelanggan PLN
melakukan protes. Seperti tidak melihat kondisi di luar sana, banyak pelanggan
lain yang mengalami penyalaan listrik secara bergilir, bukan pemadaman bergilir
dikarenakan waktu menyalanya listrik lebih sebentar dibanding mati listriknya.
Bahkan, lebih banyak lagi (calon) pelanggan yang tidak menikmati nyalanya
listrik PLN di daerah-daerah perbatasan maupun tertinggal di seluruh penjuru Nusantara.
Parahnya, kondisi pasokan listrik PLN yang sangat terbatas tersebut tidak
mempermudah PLN dalam pembangunan pembangkit baru. Terjadi penolakan
dimana-mana apabila PLN ingin membangun pembangkit, seperti yang terjadi
sekarang ini di Batang, Jawa Tengah (Lihat Gambar 2). Padahal sudah jelas bahwa pembangunan
pembangkit listrik tersebut diperuntukkan bagi para konsumen listrik yang
berstatus sebagai pendemo tersebut juga. Terjadi hal yang sangat kontradiktif,
usaha PLN untuk memperbesar kapasitas pembangkitnya ditentang oleh para
pelanggannya sendiri. Sekilas sebagai pembuka mengenai sesuatu yang dilematis
bagi PLN.
Dalam
rangka meningkatkan kualitas kinerja PLN, khususnya dalam kualitas pelayanan
dan penyediaan listrik bagi masyarakat, perlu dilakukan berbagai upaya ataupun
gagasan bagi PLN. Gagasan maupun upaya yang bisa dilakukan PLN dalam
mengatasi berbagai kendala yang dihadapi yang berkaitan dengan penyediaan
kapasitas energi listrik sejalan dengan Catur Dharma Energi (Kepmen ESDM No. 4051 K/07/MEM/2013) yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. PLN memiliki posisi yang strategis untuk membantu dalam mewujudkan
Catur Dharma tersebut. Di Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa listrik erat
kaitannya dengan energi fosil. Sekitar 91 % pembangkit yang dimiliki oleh PLN
membutuhkan energi fosil, mulai dari batubara, minyak bumi maupun gas alam (Wardiyono,
2014). Lebih detail mengenai implementasi peran serta PLN dalam Catur Dharma
tersebut sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi
PLN dirinci sebagai berikut.
Gambar
3. Catur Dharma Energi
Catur
Dharma 1: Tingkatkan Produksi Migas dan Catur Dharma 2: Kurangi Pemakaian dan
Impor Bahan Bakar Minyak (BBM)
Catur
Dharma 1 dan 2 berkaitan erat dengan bahan bakar fosil. Selain sektor
transportasi, pengguna BBM terbesar adalah sektor pembangkitan energi listrik. Di
sini peran PLN adalah dalam mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakar
pembangkitan energi listrik.
Penggunaan Biodiesel sebagai Pengganti Solar
pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Seperti diketahui banyak sekali pembangkit listrik milik PLN yang menggunakan bahan bakar solar untuk menggerakkan PLTD. Berdasarkan data yang dilansir oleh PLN, pembangkitan listrik yang berasal dari PLTD sekitar 12 % dari total pembangkitan listrik oleh PLN pada tahun 2013. Terlebih di daerah-daerah yang terletak jauh dari pulau-pulau besar, pembangkit listrik yang digunakan adalah PLTD. Keberadaan solar yang langka dan mahal merupakan kendala tersendiri bagi PLTD yang ada di daerah-daerah terpencil, semisal yang ada di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Utara. Beberapa PLTD tidak bisa beroperasi karena ketersediaan dan harga solar yang sangat mahal.
Biodiesel
merupakan bahan bakar mesin diesel sebagai pengganti solar. Biodiesel dapat
diproduksi dari berbagai macam limbah industri, misalnya limbah industri sawit
maupun limbah industri gula yang banyak tersedia di Indonesia. Selain itu,
masih banyak tersedia limbah pertanian yang dapat dijadikan sebagai bahan baku
biodiesel. Apalagi biodiesel sudah digunakan sebagai campuran 10 % solar yang
beredar di SPBU sebagai bahan bakar kendaraan motor bermesin diesel sesuai
dengan mandatori yang dikeluarkan Kementerian ESDM. Hal ini diperkuat dengan
langkah Pemerintah yang ingin menggalakkan produksi bioenergi sebagai garda
terdepan dalam peningkatan penggunaan energi terbarukan. Sekitar 20 % komposisi
energi terbarukan berasal dari
bioenergi, termasuk di dalamnya adalah biodiesel. Seperti diketahui bahwa target
Pemerintah pada tahun 2025 mengenai bauran energi nasional, sebesar 23 % dari
total penggunaan energi berasal dari energi terbarukan.
Catur Dharma 3: Dorong Masif Pengembangan EBT
Pembangunan Pembangkit Berbasis EBT (Energi Baru Terbarukan)
Pembangunan pembangkit berbasis EBT sangat cocok dibangun di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam potensi energi terbarukan. Sumber EBT tersebut antara lain adalah Panas Bumi, Energi Air, Bioenergi, Surya serta Energi Samudera. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau tidak memungkinkan hanya membangun pembangkit di satu tempat saja karena terkendala masalah distribusi listrik. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan pembangkit di tempat-tempat tertentu yang tidak terjangkau jaringan distribusi. Karakter ini sangat cocok dengan keberadaan sumber energi terbarukan di Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis EBT sangat cocok untuk dibangun di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau akses energi listrik.
Penawaran Paket Pelayanan Solar Home System (SHS) bagi Skala Rumah Tangga
Sektor rumah tangga merupakan salah satu konsumen terbesar PLN. Berdasarkan Data Renstra BPPT (2010-2015) hampir 30,1 % dari kebutuhan energi nasional dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sehingga pemanfaatan energi terbarukan bagi rumah tangga merupakan sasaran yang sangat tepat. Untuk mengakomodir hal tersebut, PLN bisa memberikan alternatif bagi konsumen rumah tangga berupa paket pelayanan jasa pembangunan instalasi pembangkit energi terbarukan untuk sektor rumah tangga. Misalnya dengan menawarkan paket Solar Home System dengan berbagai kapasitas daya kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Di sini PLN berperan sebagai pihak yang membantu dalam mengadakan sekaligus berperan sebagai pemberi service jika dalam penggunaanya terjadi kerusakan. Perihal biaya pengadaan peralatan SHS, alangkah baiknya menjadi tanggung jawab konsumen. Upaya ini jika dapat diterapkan maka dapat membantu dalam pemasifan pengembangan EBT. Di sisi lain, inisiatif ini dapat mengurangi beban listrik yang harus ditanggung oleh PLN sekaligus sebagai langkah antisipasi jika PLN harus terpaksa melakukan pemadaman listrik, baik bergilir ataupun karena sebab lainnya.
Kerja Sama Independent Power Producer (IPP) dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dalam Pengadaan Pembangkit Listrik Berbasis EBT di Daerah-Daerah Tertinggal
Salah satu kendala PLN dalam mengembangkan pembangkit yang berbasis EBT adalah harga investasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini memang biaya investasi EBT sangat mahal. Hal tersebut dikarenakan biaya balik modal yang yang relatif lama dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) maupun yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengadaan pembangkit listrik berbasis EBT. Salah satu pihak yang dapat diajak kerja sama adalah Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Salah satu program kerja dari KPDT adalah membangun infrastruktur daerah tertinggal. Prioritas KPDT dalam pembangunan infrastruktur terletak pada pembangunan Listrik Masuk Desa, Pasar Desa, serta Jalan Desa. Program Listrik Masuk Desa fokus pada pembangunan listrik yang berbasis EBT, misalnya: mikrohidro, surya, bioenergi, angin maupun gelombang laut (Taufiq, 2013).
KPDT dalam hal ini berperan sebagai IPP yang mengadakan pembangkit listrik. PLN dalam hal ini berperan sebagai operator sekaligus pendistribusi listrik kepada masyarakat. Dengan model kerjasama ini diharapkan dapat tercapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: tersalurnya listrik kepada masyarakat di daerah tertinggal, tercapainya target PLN dalam meningkatkan rasio elektrifikasi serta tersedianya operator Pembangkit Listrik EBT di daerah tertinggal. Untuk poin yang terakhir, seperti diketahui banyak sekali pembangkit listrik berbasis EBT yang tidak terawat yang disebabkan tidak adanya operator yang merawat serta mengoperasikan pembangkit listrik tersebut dengan baik.
Catur Dharma 4: Hemat Energi
Catur Dharma ini berkaitan dengan gerakan konservasi energi. Pengertian konservasi di sini adalah penggunaan energi sesuai dengan kebutuhan. Catur Dharma ini sangat berkaitan dengan gagasan yang nantinya akan diaplikasikan kepada para konsumen.
Penghargaan Bagi Pelanggan yang Hemat Energi
Seperti yang selalu dislogankan oleh Kementerian ESDM bahwa menghemat 1 kWh itu lebih murah jika dibandingkan dengan membangun pembangkit baru berkapasitas yang sama, maka program kampanye untuk menghemat energi merupakan salah satu langkah praktis yang bisa ditempuh PLN dalam rangka menghindari terjadinya overload pemakain daya oleh konsumen. Untuk mendukung upaya tersebut, perlu diberikan stimulus kepada masyarakat, misalnya dengan cara memberikan penghargaan hemat energi kepada pelanggan. Penghargaan dapat diberikan kepada setiap jenis konsumen per beban daya di setiap masing-masing daerah pelayanan PLN. Penghargaan tersebut dapat diberikan setiap bulan. Tentunya hal ini sangat mudah dengan tersedianya data penggunaan beban listrik konsumen yang dimiliki PLN. Selanjutnya, penghargaan akan terasa lebih lengkap jika PLN memberikan hadiah kepada konsumen berupa peralatan elektronik yang berlabel hemat energi (lebih tepatnya penggantian peralatan elektronik biasa dengan peralatan elektronik hemat energi), misalnya berupa lampu hemat energi yang tersusun dari teknologi LED. Dengan pemberian hadiah ini diharapkan dapat memasyarakatkan penggunaan peralatan elektronik berkategori hemat energi.
Pemberian Hukuman Bagi Pelanggan yang Boros
Pemberian hukuman bagi pelanggan yang boros diterapkan agar konsumen memakai kebutuhan energinya sesuai dengan kebutuhan. Monitoring ini dapat diberlakukan dengan menetapkan standar tertentu berapa banyak jumlah kWh yang diperkenankan oleh PLN dalam waktu sebulan untuk setiap jenis konsumen per beban daya. Hukuman yang bisa diterapkan adalah pemutusan listrik selama satu hari atau beberapa hari, tergantung dari seberapa banyak jumlah kWh melebihi batas standar yang ditetapkan oleh PLN.
Sekian #IdeKUuntukPLN dipersembahkan lewat blog ini. Mari kita bantu PLN dalam mewujudkan Catur Dharma tersebut. Selamat ulang tahun yang ke 69 bagi Perusahaan Listrik Negera. Semoga semakin menyala di setiap jengkal tanah pertiwi, sehingga target 100% rasio elektrifikasi segera terpenuhi.
Bertindak akan lebih bermanfaat dari pada terus menghujat, walaupun hanya sedikit.
Sleman, 17 Oktober 2014
Catur Dharma 3: Dorong Masif Pengembangan EBT
Pembangunan Pembangkit Berbasis EBT (Energi Baru Terbarukan)
Pembangunan pembangkit berbasis EBT sangat cocok dibangun di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam potensi energi terbarukan. Sumber EBT tersebut antara lain adalah Panas Bumi, Energi Air, Bioenergi, Surya serta Energi Samudera. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau tidak memungkinkan hanya membangun pembangkit di satu tempat saja karena terkendala masalah distribusi listrik. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan pembangkit di tempat-tempat tertentu yang tidak terjangkau jaringan distribusi. Karakter ini sangat cocok dengan keberadaan sumber energi terbarukan di Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis EBT sangat cocok untuk dibangun di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau akses energi listrik.
Penawaran Paket Pelayanan Solar Home System (SHS) bagi Skala Rumah Tangga
Gambar
4. Solar Home System Berkapasitas 50 Wp untuk Penerangan di Padukuhan Danggolo,
Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul [Sumber: Dokumentasi Tim
PKM M Perawatan Solar Home System UGM
tahun 2013]
Sektor rumah tangga merupakan salah satu konsumen terbesar PLN. Berdasarkan Data Renstra BPPT (2010-2015) hampir 30,1 % dari kebutuhan energi nasional dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sehingga pemanfaatan energi terbarukan bagi rumah tangga merupakan sasaran yang sangat tepat. Untuk mengakomodir hal tersebut, PLN bisa memberikan alternatif bagi konsumen rumah tangga berupa paket pelayanan jasa pembangunan instalasi pembangkit energi terbarukan untuk sektor rumah tangga. Misalnya dengan menawarkan paket Solar Home System dengan berbagai kapasitas daya kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Di sini PLN berperan sebagai pihak yang membantu dalam mengadakan sekaligus berperan sebagai pemberi service jika dalam penggunaanya terjadi kerusakan. Perihal biaya pengadaan peralatan SHS, alangkah baiknya menjadi tanggung jawab konsumen. Upaya ini jika dapat diterapkan maka dapat membantu dalam pemasifan pengembangan EBT. Di sisi lain, inisiatif ini dapat mengurangi beban listrik yang harus ditanggung oleh PLN sekaligus sebagai langkah antisipasi jika PLN harus terpaksa melakukan pemadaman listrik, baik bergilir ataupun karena sebab lainnya.
Kerja Sama Independent Power Producer (IPP) dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dalam Pengadaan Pembangkit Listrik Berbasis EBT di Daerah-Daerah Tertinggal
Salah satu kendala PLN dalam mengembangkan pembangkit yang berbasis EBT adalah harga investasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini memang biaya investasi EBT sangat mahal. Hal tersebut dikarenakan biaya balik modal yang yang relatif lama dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) maupun yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam pengadaan pembangkit listrik berbasis EBT. Salah satu pihak yang dapat diajak kerja sama adalah Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Salah satu program kerja dari KPDT adalah membangun infrastruktur daerah tertinggal. Prioritas KPDT dalam pembangunan infrastruktur terletak pada pembangunan Listrik Masuk Desa, Pasar Desa, serta Jalan Desa. Program Listrik Masuk Desa fokus pada pembangunan listrik yang berbasis EBT, misalnya: mikrohidro, surya, bioenergi, angin maupun gelombang laut (Taufiq, 2013).
KPDT dalam hal ini berperan sebagai IPP yang mengadakan pembangkit listrik. PLN dalam hal ini berperan sebagai operator sekaligus pendistribusi listrik kepada masyarakat. Dengan model kerjasama ini diharapkan dapat tercapai beberapa tujuan sekaligus, yaitu: tersalurnya listrik kepada masyarakat di daerah tertinggal, tercapainya target PLN dalam meningkatkan rasio elektrifikasi serta tersedianya operator Pembangkit Listrik EBT di daerah tertinggal. Untuk poin yang terakhir, seperti diketahui banyak sekali pembangkit listrik berbasis EBT yang tidak terawat yang disebabkan tidak adanya operator yang merawat serta mengoperasikan pembangkit listrik tersebut dengan baik.
Catur Dharma 4: Hemat Energi
Gambar
5. Kampanye Hemat Energi Listrik [Diakses dari: http://www.metrosiantar.com/pemadaman-bergilir-pelanggan-diminta-hemat-listrik/
]
Catur Dharma ini berkaitan dengan gerakan konservasi energi. Pengertian konservasi di sini adalah penggunaan energi sesuai dengan kebutuhan. Catur Dharma ini sangat berkaitan dengan gagasan yang nantinya akan diaplikasikan kepada para konsumen.
Penghargaan Bagi Pelanggan yang Hemat Energi
Seperti yang selalu dislogankan oleh Kementerian ESDM bahwa menghemat 1 kWh itu lebih murah jika dibandingkan dengan membangun pembangkit baru berkapasitas yang sama, maka program kampanye untuk menghemat energi merupakan salah satu langkah praktis yang bisa ditempuh PLN dalam rangka menghindari terjadinya overload pemakain daya oleh konsumen. Untuk mendukung upaya tersebut, perlu diberikan stimulus kepada masyarakat, misalnya dengan cara memberikan penghargaan hemat energi kepada pelanggan. Penghargaan dapat diberikan kepada setiap jenis konsumen per beban daya di setiap masing-masing daerah pelayanan PLN. Penghargaan tersebut dapat diberikan setiap bulan. Tentunya hal ini sangat mudah dengan tersedianya data penggunaan beban listrik konsumen yang dimiliki PLN. Selanjutnya, penghargaan akan terasa lebih lengkap jika PLN memberikan hadiah kepada konsumen berupa peralatan elektronik yang berlabel hemat energi (lebih tepatnya penggantian peralatan elektronik biasa dengan peralatan elektronik hemat energi), misalnya berupa lampu hemat energi yang tersusun dari teknologi LED. Dengan pemberian hadiah ini diharapkan dapat memasyarakatkan penggunaan peralatan elektronik berkategori hemat energi.
Pemberian Hukuman Bagi Pelanggan yang Boros
Pemberian hukuman bagi pelanggan yang boros diterapkan agar konsumen memakai kebutuhan energinya sesuai dengan kebutuhan. Monitoring ini dapat diberlakukan dengan menetapkan standar tertentu berapa banyak jumlah kWh yang diperkenankan oleh PLN dalam waktu sebulan untuk setiap jenis konsumen per beban daya. Hukuman yang bisa diterapkan adalah pemutusan listrik selama satu hari atau beberapa hari, tergantung dari seberapa banyak jumlah kWh melebihi batas standar yang ditetapkan oleh PLN.
Sekian #IdeKUuntukPLN dipersembahkan lewat blog ini. Mari kita bantu PLN dalam mewujudkan Catur Dharma tersebut. Selamat ulang tahun yang ke 69 bagi Perusahaan Listrik Negera. Semoga semakin menyala di setiap jengkal tanah pertiwi, sehingga target 100% rasio elektrifikasi segera terpenuhi.
Bertindak akan lebih bermanfaat dari pada terus menghujat, walaupun hanya sedikit.
Sleman, 17 Oktober 2014
Referensi
[1] Amna, Muhammad Abdi. 2013. Bangun Infrastruktur Daerah Tertinggal, KPDT Kucurkan Rp. 1 Triliun. Diakses dari: http://industri.bisnis.com/read/20131211/45/191890/bangun-infrastruktur-daerah-tertinggal-kpdt-kucurkan-rp1-triliun- pada tanggal 17 Oktober 2014.
[2] Anonim. 2013. Fokus pada Pengembangan 69 Kabupaten. Diakses dari: http://news.detik.com/read/2013/07/30/000000/2317687/727/fokus-pada-pengentasan-69-kabupaten?nd771104bcj pada tanggal 17 Oktober 2014.
[3] Direktur Aneka EBT, Direktorat Jenderal EBTKE. 2014. Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan an Konservasi Energi. Disampaikan dalam Seminar Internasional dan Pameran Energi Terbarukan, Current Technology Development and Its Implementatation pada tanggal 14 Oktober 2014 di Fakultas Teknik UGM.
[4] Taufiq, Rohman. 2010. Kementrian Daerah Tertinggal Fokus Garap Listrik, Pasar dan Jalan. Diakses dari: http://www.kemenegpdt.go.id/berita/999/kementerian-daerah-tertinggal-fokus-garap-listrik-pasar-dan-jalan pada tanggal 17 Oktober 2014.
[5] Wardiyono, Suparje. 2014. RE Deployment Strategies to Lower Generation Cost in Isolated Grids. Disampaikan dalam Seminar Internasional dan Pameran Energi Terbarukan, Current Technology Development and Its Implementatation pada tanggal 14 Oktober 2014 di Fakultas Teknik UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar