Cerita ini hanya fiktif belaka, terinspirasi dari kisah nyata dan kenyataan di sini adalah fana.
Spesial untuk Pak Sumarno dan Seluruh Warga RT 02 Padukuhan Danggolo.
Saat menjelang kumandang adzan Maghrib bergema di Perkampungan
Cari, Marno (35 tahun) bergegas pulang dari ladang yang berjarak sekitar 500
meter dari rumahnya. Di ladang tersebut, Bapak dari seorang anak bernama Niko
(11 tahun), menggantungkan penghasilannya dengan memelihara 3 ekor kambing
serta merawat beberapa hektar tanah yang dimanfaatkan untuk menanam ketela
pohon atau tanaman palawija lainnya. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai
ke rumahnya dengan jalan kaki.
Sesampainya di rumah, Marno bergegas untuk mandi dan bersiap-siap
untuk menyongsong sholat Maghrib berjamaah di Musholla Al Ikhlas, sekitar 100
meter dari rumahnya. Adzan Maghrib berkumandang seketika itu, sejurus kemudian satu
per satu lampu di Perkampungan Cari pun menyala, sungguh indah pemandangan
lampu tersebut di salah satu pemukiman kecil di Padukuhan Danggolo, Desa
Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, pemukiman yang terpisah dari
pemukiman padat lainnya di Padukuhan Danggolo. Warga pun berbondong-bondong ke
Musholla kecil tersebut, sungguh menambah indah dan tentram pemukiman tersebut.
Lampu-lampu tersebut merupakan lampu bertenaga surya atau lebih
tepatnya lampu yang memanfaatkan teknologi Solar
Home System (SHS), Pembangkit Listrik Tenaga Surya skala rumahan yang
disertai dengan tiga buah lampu TL berdaya 10 Watt, yang merupakan bantuan dari
Pemerintah melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebanyak 25
paket sesuai dengan jumlah rumah yang ada di pemukiman tersebut. Tapi cerita
tentang nyala lampu tersebut adalah cerita dahulu, akhir tahun 2009 ketika
bantuan tersebut baru diberikan. Tahun 2012, hanya tersisa 6 SHS yang masih
berfungsi, sementara yang lain mengalami kerusakan.
“Ketika Perkampungan Cari mendapatkan bantuan dari Pemerintah,
kami tidak dibekali dengan cara merawat dan menggunakan Panel Surya, jadi ya begini satu per satu Panel Surya mengalami kerusakan,” ujar Marno. Panel Surya yang dimaksud Marno tersebut adalah SHS, istilah yang
juga biasa digunakan oleh warga Perkampungan Cari yang lainnya.
Kondisi Solar Home System
tersebut diperparah setelah listrik PLN masuk Perkampungan Cari pada awal tahun
2012. SHS semakin terbengkalai. Padahal Marno menuturkan bahwa meskipun warga
sudah menggunakan listrik PLN, namun Panel
Surya sangat membantu dalam mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk biaya
listrik.
“Dulu ya ketika Panel Surya
masih berfungsi, pulsa listrik PLN 20.000 rupiah bisa dipakai untuk 2 bulan.
Kalau sekarang pulsa 20.000 rupiah untuk 1,5 bulan saja tidak sampai,” ujar
Marno dengan logat Gunungkidul-nya yang sangat khas.
Nasi sudah menjadi bubur, masyarakat Perkampungan Cari hanya
berharap bahwa SHS yang mereka miliki dapat berfungsi kembali. Meskipun listrik
PLN sudah masuk ke Perkampungan Cari, masyarakat ingin menggunakan kembali SHS
yang mereka miliki dan sebagai rasa tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah terjadi
pada SHS yang mereka miliki, warga ingin mengetahui bagaimana cara menggunakan
dan merawat SHS jika dapat berfungsi kembali.
Marno, yang dilantik menjadi ketua RT sekitar 6 bulan yang lalu, berharap
bahwa ada pihak yang bisa membantu masyarakat Perkampungan Cari dalam perbaikan
SHS. Gayung pun bersambut, pada bulan
Juli-Agustus 2012 terdapat program Kuliah Kerja Nyata Pelatihan Pembelajaran
Masyarakat (KKN PPM) Universitas Gadjah Mada di Desa Purwodadi, khususnya di
Padukuhan Danggolo dimana Perkampungan Cari berada. Di periode KKN yang sangat
singkat tersebut, tim mahasiswa menemukan kondisi SHS yang ada.
Cecep, salah satu mahasiswa Teknik Fisika UGM yang tergabung
dengan tim KKN PPM tersebut, berinisiatif untuk menindaklanjuti hasil temuan
pada saat KKN tahun 2012. Bersama dengan Arif dan Shohib, adik angkatannya, mengadakan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi perawatan SHS.
Marno menuturkan bahwa masyarakat sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan sosialisasi perawatan SHS. Rangkaian kegiatan sosialisasi yang mereka
ikuti adalah sosialisasi perawatan, pembentukan tim teknisi masyarakat,
pembenahan SHS yang mengalami kerusakan bersama dengan tim teknisi serta
pembentukan organisasi pengelola SHS Perkampungan Cari.
“Tentunya kami sangat bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Akhirnya
kami bisa menikmati kembali nyala lampu dengan tenaga Panel Surya,” tutur Marno setelah mengikuti serangkaian kegiatan
sosialisasi perawatan SHS.
Dalam sosialisasi perawatan SHS, Marno mendapatkan pengetahuan
bagaimana caranya menggunakan dan merawat SHS. Diantaranya adalah dalam
pengisian aki secara rutin yang sangat mudah untuk dipraktikkan namun dapat
berakibat fatal jika tidak dilaksanakan. Seperti diketahui bahwa salah satu
penyebab utama kerusakan SHS adalah karena komponen aki mengalami kerusakan
akibat tidak dilakukan pengisian air aki secara rutin.
Di sela-sela kesibukannya berladang, Marno beserta empat pemuda
warga Perkampungan Cari mempelajari teknik pengecekan kerusakan pada SHS serta
bagaimana cara menanggulanginya. Marno beserta ke empat pemuda tersebut
akhirnya diberi amanah sebagai “Tim Teknisi SHS” oleh warga Perkampungan Cari.
“Tim Teknisi SHS” selalu bersiap siaga jika di kemudian hari ada SHS yang
mengalami masalah.
Tugas pertama dari “Tim Teknisi SHS” adalah membenahi SHS yang
mengalami kerusakan. Dari 25 SHS, 6 masih berfungsi normal sementara 19 SHS
mengalami kerusakan. Tugas yang sangat berat. Dengan didampingi Cecep, Shohib
dan Arif, “Tim Teknisi SHS” akhirnya berhasil membenahi 10 buah SHS, sehingga
sekarang ada 16 SHS yang masih berfungsi.
“Alhamdulillah, dengan kegiatan yang sudah kami ikuti akhirnya
banyak SHS yang bisa diperbaiki. Ya walaupun tidak semuanya, kami tetap
bersyukur,” ucap Marno sambil membinarkan senyum serta mata yang berkaca-kaca.
Pada akhirnya, Marno berharap agar ke 16 buah SHS yang sudah
berfungsi kembali dapat digunakan dan dirawat oleh masyarakat dengan baik. Bagaimanapun
juga, SHS yang ada merupakan bentuk bantuan yang harus dijaga. SHS yang dulunya
merupakan secercah “Cahaya” di kegelapan malam langit Perkampungan Cari.
Sekarang menyala (lagi) dan membangkitkan kembali keindahan suasana malam
Perkampungan Cari.
“Ya meskipun kami masyarakat kecil dan tidak bisa berpikir macem-macem karena pendidikan kami juga
rata-rata menthok di SD, kami sangat
senang karena kami bisa berbuat sedikit dengan memanfaatkan Panel Surya yang diberikan Pemerintah,”
pungkas Marno di temani suara jangkrik dan suara angin malam.