Gambar 1. Suasana Penerbangan di Bandara Soekarno Hatta
Sekira
pukul 18.30 WIB tanggal 16 Juli 2016, akhirnya kami mendarat dengan nyaman di
Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung Tanjung Karang. Tanggal 16 Juli
2016 merupakan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Provinsi Lampung,
kedua kalinya di Pulau Sumatera setelah sebelumnya pernah mengunjungi
Prabumulih, Sumatera Selatan. Di tiket, tercetak kode tujuan TKG Bandar Lampung.
Itu kan hal yang susah ya untuk mencari hubungan antara TKG dengan Bandar
Lampung. Barangkali Tandar KampunG (pas TKG), ah
pasti asumsiku salah. Ternyata benar saja kalau aku salah, yang dimaksud TKG
adalah Tanjung Karang yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan. Seperti
halnya kota-kota lainnya, Bandara Radin Inten II tidak terletak di tengah kota
Bandar Lampung. Kemungkinan kenapa lokasi bandara jauh dari pusat kota adalah
karena faktor keamanan, kenyamanan, ketertiban, kesempurnaan cinta kali ya.
Gambar 2. Hotel Gadjah Mada
Malamnya
kami menginap di Hotel Gadjah Mada, bukan karena tergabung dalam Kagama maka menginap
di hotel ini, tetapi karena murahnya dan suasananya yang klasik. Saking klasiknya sehingga nuansa horor
tercipta. Gelap, lengang dan sunyi.
Lama
perjalanan dari Bandara Radin Inten II menuju Kota Bandar Lampung menggunakan
mobil kurang lebih adalah sekitar 45 menit. Sepanjang mengelilingi Kota Bandar
Lampung untuk yang pertama kalinya, setidaknya ada tiga kesan mengenai kota
ini, yaitu:
- Tulisan “Sai Bumi Ruwa Jurai”, semacem slogan Provinsi Lampung yang artinya rumah tangga yang agung bahagia dua golongan masyarakat (ruwai dan jurai) yang terdapat pada masyarakat asli dan pendatang.
- Siger, merupakan lambang keagungan budaya. Ini merupakan simbol yang menjadi ciri khas Provinsi Lampung. Hampir di semua bangunan yang ada di sepanjang jalanan di Provinsi Lampung dihiasi oleh Siger. Tidak hanya di taman-taman kota, kantor-kantor Pemerintahan, tetapi di beberapa toko-toko bahkan menyertakan Siger sebagai penghias bangunan-bangunan yang ada.
- Nuansa Islami, banyak sekali tulisan syahadat yang menghiasi taman kota atau di setiap perempatan jalan.
- Tulisan “Sai Bumi Ruwa Jurai”, semacem slogan Provinsi Lampung yang artinya rumah tangga yang agung bahagia dua golongan masyarakat (ruwai dan jurai) yang terdapat pada masyarakat asli dan pendatang.
- Siger, merupakan lambang keagungan budaya. Ini merupakan simbol yang menjadi ciri khas Provinsi Lampung. Hampir di semua bangunan yang ada di sepanjang jalanan di Provinsi Lampung dihiasi oleh Siger. Tidak hanya di taman-taman kota, kantor-kantor Pemerintahan, tetapi di beberapa toko-toko bahkan menyertakan Siger sebagai penghias bangunan-bangunan yang ada.
- Nuansa Islami, banyak sekali tulisan syahadat yang menghiasi taman kota atau di setiap perempatan jalan.
Gambar 3. Gerbang Selamat Datang Kota Bandar Lampung
Tentunya
tidak lengkap ketika mengunjungi suatu daerah tanpa mencicipi kuliner khas nya.
Setelah berkeliling dan menemukan berbagai menu yang ‘spesial’ tapi dimana-mana
ada, seperti Rumah Makan Padang, Soto Lamongan, Pecel Lele khas Jawa Timuran,
Sate Madura, akhirnya ketemu juga kuliner hits di Bandar Lampung kata
teman-teman Geophysicists, UNILA yang juga tergabung dalam Patriot Energi 2.
Tempat kuliner tersebut adalah Bakso Haji Sony. Sensasional!
Gambar 4. Bakso Haji Sony
Salah
satu tujuan kami singgah beberapa hari di Bandar Lampung adalah untuk
mengunjungi beberapa instansi Pemerintahan Provinsi (Pemprov). Kompleks Pemprov
Lampung berada di Jalan Basuki Rahmat no. 12 Teluk Betung Utara, Kota Bandar
Lampung. Sempat mengalami penolakan dengan alasan administrasi di Kantor
Gubernur, akhirnya kami langsung menuju Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben)
Provinsi Lampung. Sambutan yang baik diberikan oleh Distamben Provinsi dengan
disambut langsung oleh Kepala Dinasnya, yaitu Bapak Pieterdono. Bapak Rizon,
selaku Kepala Bidang Kelistrikan Distamben Provinsi Lampung, banyak memaparkan
kondisi energi yang ada di Provinsi Lampung. Beliau memaparkan mengenai
jangkauan listrik PLN di Tanggamus maupun Pesisir Barat. Tidak lupa juga Beliau
menjelaskan mengenai pemanfaatan energi terbarukan yang ada di Provinsi
Lampung. Secara garis besar, pemanfaatan energi terbarukan di Provinsi Lampung
sudah banyak dilaksanakan seperti, PLTA, PLTMH, PLTS, biogas bahkan terdapat
PLT Panas Bumi.
Gambar 5. Foto Bersama Distamben Provinsi Lampung
Tak
dinyana maupun disangka, Kagama memang ada dimana-mana. Kami dipertemukan juga
dengan sesama Kagama. Mbak Ratih namanya. Beliau kuliah di Penginderaan Jauh
dan Kartografi, Fakultas Geografi, UGM angkatan 2002. Beliau banyak bercerita
mengenai pengalaman kerjanya sebelum bergabung dengan Distamben Provinsi
Lampung. Beliau bercerita tentang pengalamannya pernah berminggu-minggu di
hutan dalam rangka pemetaan kondisi hutan. Tak ketinggalan juga, Beliau
bercerita tentang nostalgia hidup di Jogja yang selalu istimewa di hati. Deuh rindu.
Sempat
mampir sebentar di Pantai Duta Wisata untuk sekedar menikmati suasana pantai
dan makanan khas pinggir pantai, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami
menuju Kota Agung dan Krui.
Gambar 6. Pantai Duta Wisata
Lanjuuut
geh!
Terima kasih banyak info tentang lampung..saya senang kalau berkunjung ke lampung karena alamnya asri
BalasHapus