Gambar 1. Suasana Focus Group Discussion PSIT dan Tekmira
Tanggal 30-31 Juli 2015 di PAU UGM, Pusat Studi
Ilmu Teknik (PSIT) bekerjasama dengan Pusat Litbangtek Mineral Batubara
(Tekmira), Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral membahas mengenai Pra-Studi
Penerapan Teknologi Gasifier Mini (Gasmin) Batubara untuk Industri Kecil dan
Menengah (IKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam kegiatan
tersebut dibahas mengenai bagaimana Teknologi Gasmin dapat digunakan sebagai
teknologi penyedia energi panas di IKM yang ada DIY. Ke depannya, Teknologi
Gasmin yang sudah dikembangkan oleh Tekmira diharapkan mampu dimanfaatkan oleh
IKM. Selanjutnya, DIY dipilih menjadi pilot
project dengan pertimbangan banyaknya IKM yang tersebar di empat Kabupaten
dan 1 Kota yang ada di DIY. Tekmira sendiri baru mengembangkan Teknologi Gasmin
dalam skala laboratorium. Dalam kerjasama kali ini, PSIT memiliki tugas untuk
merancang Teknologi Gasmin skala implementasi di IKM dengan prinsip dasar
Teknologi Gasmin yang telah dikembangkan oleh Tekmira. PSIT juga bertugas untuk
melakukan survei IKM sebagai target dari implementasi Tekbologi Gasmin. Lebih
jauh lagi, program ini memiliki target agar terbentuk IKM yang bergerak dalam
bidang pembuatan Teknologi Gasmin hasil rancangan PSIT agar dapat
implementasikan di IKM-IKM lain yang membutuhkan energi panas, misalnya: IKM
peleburan logam, IKM minyak atsiri, IKM tahu, IKM gerabah dan lainnya.
Dalam diskusi tersebut ada beberapa Dosen
Jurusan Teknik Fisika, UGM yang menjadi ketua tim. Dokumentasinya dapat dilihat
di bawah ini.
Gambar 2. Dosen-Dosen Jurusan Teknik Fisika UGM
Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama yang
sangat baik antara Pemerintah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Pemerintah
dalam hal ini melalui Tekmira merupakan inisiator dari kegiatan ini. Tekmira
ingin membawa hasil temuannya agar dapat diimplementasikan oleh masyarakat. Perguruan
Tinggi melalui PSIT UGM berperan sebagai tim peneliti agar Teknologi Gasmin
skala IKM dapat diimpelentasikan dengan tepat. Masyarakat melalui IKM merupakan
pihak yang akan merasakan manfaat dari program ini. Model kerjasama seperti ini
tentunya sangat diharapkan banyak dilakukan oleh berbagai sektor agar produk
penelitian bisa semakin dirasakan oleh masyarakat luas. Seperti diketahui bahwa
sangat jarang sekali penelitian yang berujung pada produk yang bermanfaat bagi
masyarakat maupun industri. Terlebih, kerjasama dalam bidang energi seperti ini
sangat dibutuhkan karena memang kondisi energi minyak dan gas yang kian
mendesak untuk diganti dengan berbagai model ragam alternatif energi.
Menilik ke belakang, energi merupakan kebutuhan
utama dalam roda perputaran kegiatan IKM. Selama ini, IKM yang ada di DIY
memanfaatkan beberapa jenis energi, antara lain: solar, minyak tanah, kayu, gas
bahkan oli bekas. Dari salah satu materi yang dipaparkan dalam diskusi tersebut
disampaikan bahwa Teknologi Gasmin memiliki biaya operasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan minyak dan gas. Keunggulan lain dari Teknologi Gasmin
adalah tidak berbahaya, ramah lingkungan dan cocok untuk digunakan dalam proses
pemanasan dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 2 jam). Hal lain yang
menjadi catatan adalah kenyataan bahwa IKM banyak yang menggunakan gas LPG 3 kg
yang harusnya hanya digunakan oleh sektor rumah tangga. Padahal, masih dari
diskusi tersebut disebutkan bahwa hampir 80 % LPG yang beredar di Indonesia
berasal dari negara lain (impor). Selain bahan bakar yang telah disebutkan,
batubara merupakan salah satu ragam alternatif untuk diaplikasikan di IKM. Tentunya,
selain sumber energi terbarukan yang tidak bisa ditawar lagi untuk segera
diimplementasikan dalam sektor apapun.
Berikutnya, muncul pertanyaan apakah Indonesia
memiliki cadangan batubara yang banyak? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut
mari mengulas sedikit mengenai produksi batubara di Indonesia. Berdasarkan data
yang dirilis dari sini, disebutkan bahwa produksi dalam negeri tahun 2014
adalah 450 juta ton sedangkan pada tahun 2015 adalah 425 juta ton. Sementara
itu, hanya sekitar 100 juta ton yang digunakan dalam negeri, sisanya diekspor
ke negara lain. Selama ini, dominasi penggunaan
batubara di Indonesia adalah di sektor pembangkitan energi listrik melalui
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini menguatkan agar Teknologi
Gasmin segera untuk diaplikasikan. Tentunya, di luar target penggunaan batubara
untuk sektor Pembangkit Listrik yang pada tahun 2014-2019 terpasang 35.000 MW
dengan dominasi PLTU berbahan bakar batu bara. Berdasarkan data yang dihimpun
dari sini, cadangan batu bara Indonesia (hanya) cukup untuk 83 tahun dengan
asumsi produksi sebanyak pada tahun 2014.
Lalu apa sih yang dimaksud dengan gasifikasi batubara?
Link ini memberikan informasi bahwa gasifikasi batubara adalah konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah reaktor,
dengan atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara, uap air
atau campuran oksigen/uap air. Gas panas hasil proses gasifikasi dapat dibakar
maupun digunakan untuk memutar turbin gas untuk menghasilkan listrik. Alasan
utama proses gasifikasi adalah untuk menyaring beberapa komponen dalam
batubara, seperti: sulfur dan nitrogen. Dengan kata lain, proses gasifikasi dapat
meminimalisir terjadinya polusi jika dibandingkan dengan pembakaran batubara
secara langsung. Gasifikasi batubara bisa menjadi salah satu cara yang paling
menjanjikan untuk pemafaatan batubara di masa depan. Selain menghasilkan gas
panas, proses gasifikasi juga menghasilkan beberapa produk lainnya. Skema
gasifikasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Konsep Gasifikasi Batubara
Bagaimana perkembangan teknologi gasifikasi batubara di
Indonesia?
Di Indonesia, telah dilakukan beberapa
penelitian mengenai gasifikasi batubara, salah satunya yang telah dilakukan
oleh Tekmira. Tekmira telah berhasil menguji coba gasifikasi batubara dengan
kapasitas 150-200 kg batubara/jam untuk mesin diesel berkapasitas 240 kW. Pada
tahun 2014, bahkan Tekmira telah berhasil mengembangkan gasifier dengan
kapasitas 40-50 kg batubara/jam untuk membangkitkan listrik pada genset
berkapasitas 8-10 kW. Secara ringkas, gasifier yang dikembangkan oleh Tekmira
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. Layout Gasifier Mini Batubara Tekmira
Sementara yang dimaksud dengan gasifikasi mini
batubara adalah gasifier yang memiliki skala kecil, misalnya 10-20 kg batu
bara/jam (saya tidak mendapatkan data berapa rentang persisnya). Pada intinya,
gasifier mini yang dimaksud adalah gasifier yang cukup untuk digunakan oleh IKM
sehingga dapat digunakan secara efisien sesuai dengan kebutuhan energi IKM
tersebut. Gasifier yang sudah ada sekarang ini jauh melebihi kebutuhan energi
rata-rata IKM.
Sebagai penutup dari tulisan ini, semoga kegiatan ini dapat
berjalan dengan lancar sehingga Teknologi Gasmin benar-benar bisa dimanfaatkan
oleh IKM di DIY sebagai permulaan dan seluruh penjuru Indonesia pada akhirnya,
khususnya daerah-daerah yang menjadi basis pertambangan di Indonesia. Tren
implementasi ini akan menjadi semakin adil jikalau daerah yang terkenal dengan
pertambangan batu bara seperti: Bukit Asam di Sumatera Selatan, Kota Baru di
Kalimantan Selatan, Sungai Berau di Kalimantan Timur serta Umbilin di Sumatera
Barat, memanfaatkan secara langsung harta yang diambil dari daerahnya sendiri. Sudah
cukup rasanya mendengar daerah yang memiliki cadangan energi di dalamnya tetapi
listriknya menyala secara bergilir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar