Debu-debu menjadi pengiring tingkah
lakumu di masa-masa ini
Debu-debu menjadi teman setia di kala
semangat tak terwujud
Debu-debu menjadi saksi
prinsip-prinsip yang dipelajari
Hingga hujan sebagai peneduh
lingkungan datang menghampiri
Di kala hujan datang memberi harapan
tentang kesejukan
Di kala hujan menjadi titik balik
dimana kamu harus segera menuju ke jalan kebenaran
Debu-debu menjadi saksi betapa syukur
yang harus diucapkan karena bisa menjadi perantara nikmatnya datangnya hujan,
di saat tertanda umurmu yang semakin berkurang
Sudah saatnya berubah, kemudian
bertahan di jalan kebenaran
Biogas adalah
bahan bakar yang diperoleh dengan cara memproses limbah/sisa pertanian yang
basah, kotoran hewan dan manusia atau campuran di antara limbah tersebut dalam
sebuah alat yang disebut digester secara anaerob (Harahap, 1978). Biogas adalah
gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari
daun-daunan, kotoran hewan/manusia atau limbah organik yang berasal dari
buangan industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti, 1993). Biogas kira-kira memiliki
berat 20 persen lebih ringan dibandingkan udara dan memiliki suhu pembakaran antara
650 sampai 750oC. Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabila
dibakar akan menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG. Nilai kalor gas
metana adalah 20 MJ/ m3 dengan efisiensi pembakaran 60 persen pada
konvesional kompor biogas (Widodo dan kawan-kawan, 2007).
Komponen utama dari biogas adalah gas
metana, yaitu gas yang dimanfaatkan untuk bahan bakar, di samping gas-gas lain
yang terkandung dalam jumlah yang lebih kecil. Komposisi biogas dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Komposisi Biogas (Yunus, 1987)
No.
Bahan
Simbol
Kandungan (%)
1.
Metana
CH4
54-70
2.
Karbon Dioksida
CO2
27-35
3.
Nitrogen
N2
0,5-2
4.
Karbon Monoksida
CO
0,1
5.
Oksigen
O2
0,1
6.
Hidrogen Sulfida
H2S
Kecil
Gas metana yang
dihasilkan dalam digester mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Mondjo dan
Kasim, 2004):
1.tidak berbau dan
berwarna;
2.tidak larut dalam
air;
3.mudah terbakar.
Pembakaran gas metana akan menghasilkan energi yang dapat
dituliskan dalam persamaan berikut:
Persamaan reaksi (1) menunjukkan bahwa pembakaran gas metana
merupakan reaksi eksotermis, sehingga gas metana sebagai komponen utama biogas
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Mondjo dan Kasim, 2004).
Gas metana (CH4) termasuk gas yang menimbulkan
efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global, karena
gas metana memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida
(CO2). Pengurangan gas metana secara lokal ini dapat berperan
positif dalam upaya mengatasi masalah global (efek rumah kaca) yang berakibat
pada perubahan iklim global.
Sumber Biogas
Seperti diketahui bahwa biogas berasal
dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, manusia serta limbah pertanian.
Widodo dan kawan-kawan (2007) melakukan penelitian mengenai limbah industri pertanian
(minyak kelapa sawit, tapioka, pabrik gula, peternakan sapi) dapat dimanfaatkan
untuk energi biogas dengan cara fermentasi anaerob. Proses ini melibatkan bakteri
methanogen untuk merombak bahan-bahan organik yang terkandung didalam limbah menjadi
biogas dan lumpur sisa fermentasi yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Kegiatan
dengan konsep nir limbah (zero waste)
seperti ini lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Assidiq (2007)
melakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kotoran kuda terhadap
produksi biogas. Dari rentang penelitian diketahui bahwa semakin kecil
konsentrasi kotoran kuda maka semakin banyak biogas yang dihasilkan.
Hardyanti dan
Sutrisno (2007) melakukan penelitian mengenai penggunaan kotoran gajah sebagai
bahan baku pembuatan biogas. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui
pengaruh penambahan urine gajah, air dan starter pada kotoran gajah. Pengamatan
meliputi besarnya produksi biogas dan nilai kalor untuk setiap variasi. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan bahan baku 4 kg selama 21 hari
variasi pencampuran kotoran gajah dan urine gajah (1 : 2) dapat memproduksi
biogas paling tinggi sebesar 60800 ml dan nilai kalor 5345,39 kal/lt.
Instalasi Biogas
Reaktor biogas merupakan alat yang kedap udara dengan bagian –
bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), inlet bahan penghasil biogas dan
outlet lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyalur biogas yang
telah terbentuk. (Indartono, 2005)
1. Reaktor Kubah Tetap (Fixed
Dome)
Bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman
tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karena
menahan gas agar tidak terjadi kebocoran. Bagian kedua adalah kubah tetap.
Dinamakan kubah tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini
merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak. Gas yang dihasilkan dari material
organik pada reaktor akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Gambar 2. Reaktor Kubah Tetap (Hariyanto, 2012)
2. Reaktor Terapung (Floating
Drum Reactor)
Kelebihan dari reaktor ini adalah dapat
melihat secara langsung isi gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya.
Karena tempat penyimpanannya yang terapung maka tekanan gas konstan. Sedangkan
kekurangannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. Faktor
korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan jenis kubah-tetap.
Assidiq, Ahmad
Fajar. 2007. Pengaruh Konsentrasi Kotoran Kuda terhadap Produksi Biogas.
Yogyakarta: Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada.
Harahap, F.; Apandi, M. dan Ginting S. 1978. Teknologi Biogas Pusat Teknologi Pembangunan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hariyanto,
Nasrun. 2012. Perancangan dan Aplikasi
Pembangkit Listrik Hybrida Energi Surya dan Energi Biogas di Kampung Haur
Gembong Kab. Sumedang. Bandung: Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Teknik
Energi Elektrik Institut Teknologi Nasional (Itenas)
Hardyanti,
Nurandani dan Sutrisno, Endro. 2007 Uji
Pembuatan Biogas dari Kotoran Gajah dengan Variasi Penambahan Urine Gajah dan
Air (Studi Kasus Taman Wisata Candi Borobudur). Jurnal PRESIPITASI. Vol. 3
No.2 September 2007.
Widodo, Teguh
Wikan; N., Ana; Asari, A dan R., Elita. Pemanfaatan
Limbah Industri Pertanian Untuk Energi Biogas. Tangerang: Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong Badan Litbang Pertanian, Departemen
Pertanian.
Wijayanti, H.
1993. Pengaruh pH, Alkalinitas, dan
Nutrien terhadap Produksi Gas Methan Pada Pengolahan Limbah Industri Alkohol
secara Anaerobik dengan dan Tanpa Pengadukan. Surabaya: Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP-ITS.