Oleh: Zakariya Arif Fikriyadi
Jurusan Teknik Fisika,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Minyak merupakan kebutuhan yang sangat
vital bagi manusia pada zaman sekarang, khususnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan pembangkit listrik dan bahan bakar transportasi. Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia dan semakin banyaknya masyarakat yang
memiliki kendaraan pribadi, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan minyak yang
harus disediakan oleh Pemerintah. Namun, kondisi tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan bahwa produksi minyak di Indonesia pada saat ini tidak bisa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pada tahun 1967-an, Indonesia masih mengalami surplus
dalam produksi (total produksi 486.000 barel per hari dan total konsumsi
122.000 barel per hari = surplus 364.000 barel per hari).[1]
Sekarang ini, Indonesia hanya mampu mengelola
minyak mentah satu juta barel. Itu pun hanya menghasilkan minyak 85 persen atau
setara 850 ribu barel. Sementara kebutuhan mencapai 1,3 juta barel. Sehingga,
sisanya merupakan minyak yang berasal dari luar negeri (impor).[2]
Pemerintah mengajukan target produksi
minyak siap jual atau lifting sebesar 840.000 barel per hari dalam asumsi dasar
RAPBN Perubahan 2013. Target tersebut lebih rendah 60.000 barel per hari
dibandingkan APBN 2013.[3]
Sementara, produksi minyak mentah Indonesia
hanya mencapai 811.000 barel per hari (bph). Hal ini karena perbaikan di
beberapa sumur minyak, seperti di lapangan Peciko milik Total E&P Indonesie
dan sumus milik Chevron Pacifik Indonesia (CPI) yang menurunkan produksi minyak
43.000 bph.[4]
Dari kondisi yang ada tersebut maka
diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produksi minyak dalam rangka untuk
memenuhi target lifting minyak yang ditetapkan Pemerintah yang secara otomatis
mengurangi jumlah minyak yang diimpor dari negara lain. Salah satu langkah yang
bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak adalah dengan memaksimalkan
potensi yang masih ada di berbagai sumur-sumur tua minyak yang ada di seluruh
penjuru Indonesia. Berdasarkan data dari
Kementerian ESDM, jumlah sumur tua minyak bumi yang ada di Indonesia tersebar
di Sumatera bagian selatan 3.623 sumur, Sumatera bagian utara 2.392 sumur,
Sumatera bagian tengah 1.633 sumur, Kalimantan Timur 3.143 sumur, Kalimantan
Selatan 100 sumur, Jawa Tengah-Jawa Timur-Madura 2.496 sumur, Papua 208 sumur,
dan Seram 229 sumur.[5] Yang dimaksud dengan sumur
tua adalah sumur-sumur minyak bumi hasil pemboran yang dilakukan sebelum 1970,
yang pernah berproduksi. Letaknya di wilayah kerja kontraktor kontrak kerja
sama, namun tidak diusahakan lagi berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis.
Padahal ribuan sumur tua yang ada di Indonesia masih memiliki potensi minyak
sebesar 10-20 ribu barel per hari.[6]
Pada dasarnya, setiap sumur minyak
yang sudah tidak bisa lagi diambil minyaknya dengan cara–cara konvensional,
masih mempunyai potensi untuk menghasilkan minyak, yaitu dengan cara Improve Oil Recovery atau injeksi sumur
minyak dengan menggunakan air (H2O). Kemudian cara yang kedua adalah
Enhancement Oil Recovery atau injeksi
kimia pada sumur minyak yang telah diinjeksikan air hingga tidak dapat lagi
menghasilkan minyak. Enhancement Oil
Recovery (EOR) atau injeksi sumur minyak dengan bahan kimia dapat
menggunakan Surfactant, CO2, ataupun uap panas. Pemilihan jenis
fluida atau bahan kimia yang akan diinjeksikan didasarkan pada pertimbangan
karakteristik reservoir melalui hasil penelitian yang dilakukan terlebih
dahulu. EOR dapat dilakukan pada reservoir onshore maupun offshore. Minyak
mentah yang diperoleh dari EOR dapat tercampur dengan fluida injeksi. Biasanya
kadar fluida injeksi pada minyak hasil EOR adalah 5% – 20%. Injektor H2O
atau kimia (surfactant) tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi kualitas
minyak, tetapi berbeda jika yang dilakukan adalah injektor CO2.
Karena, injektor CO2 pada
sumur minyak dapat meningkatkan kadar CO2 dalam minyak mentah hasil injeksi.
Sehingga hal ini dapat mempengaruhi kualitas dari minyak. Pemanfaatan kembali
sumur tua dengan teknologi injeksi (EOR) di Indonesia sudah mulai
diaplikasikan, baik oleh perusahaan dalam negeri maupun asing. Pertamina
misalnya, sudah mulai memanfaatkan sumur tua di berbagai daerah di Indonesia
menggunakan teknologi injeksi ini. Untuk memanfaatkan kembali sumur tua dengan
teknologi injeksi, dibutuhkan tahap-tahap penelitian terlebih dahulu. Banyak
substansi yang harus diperhatikan. Misal, potensi sumur tua yang akan di
eksploitasi kembali, kompleksitas pekerjaan-pekerjaan teknis yang harus
dipenuhi, sampai dengan pertimbangan nilai ekonomis.[7]
Usaha-usaha untuk
mengaktifkan kembali sumur-sumur tua yang ada seluruh penjuru Indonesia dapat
menjadi salah satu solusi dalam rangka sustainable development atau pengembangan berkelanjutan produksi
minyak bumi di Indonesia. Pemanfaatan sumur-sumur tua tersebut dalam rangka
untuk menjaga potensi minyak lain di Indonesia agar tidak buru-buru dieksploitasi
sehingga generasi ke depan bisa menikmati minyak bumi yang berasal dari bumi Indonesia.
Pada akhirnya, pemanfaatan sumur-sumur tua minyak tersebut bisa membantu
memenuhi target Pemerintah dalam lifting minyak bumi pada kondisi sekarang ini.
[1] Wicaksono, Abrurizal. 2012. Konsumsi Minyak Bumi dan Diversifikasi Gas
di Indonesia. Diakses dari: http://gamaoilgasclub.org/?p=185
pada tanggal 25 Juni 2013.
[2]Virdhani, Marieska Harya. 2013. Harga Sudah Naik, Konsumsi BBM masih 80 Ribu/Barel. Diakses dari: http://economy.okezone.com/read/2013/06/24/19/826868/harga-sudah-naik-konsumsi-bbm-masih-80-ribu-barel
pada tanggal 25 Juni 2013
[3]Produksi
Minyak RAPBN-P 2013 Sebesar 840.000 Barrel Per Hari. Diakses dari: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/23/02545564/Produksi.Minyak.RAPBN-P.2013.Sebesar.840.000.Barrel.Per.Hari
pada tanggal 25 Juni 2013.
[4] Rama Dhany, Rista. 2013. Produksi Minyak RI Turun Jadi 811.000 Barel/Hari, Ini Alasan SKK Migas.
Diakses dari: http://finance.detik.com/read/2013/04/05/135713/2212477/1034/produksi-minyak-ri-turun-jadi-811000-barel-hari-ini-alasan-skk-migas
pada tanggal 25 Juni 2013.
[6] Djauhari, Thonthowi. 2011. Menggenjot Sumur Tua. Diakses dari: http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/menggenjot-sumur-tua-012816411.html
pada tanggal 25 Juni 2013.
[7] Agung, Muhammad. 2011. Peningkatan Produksi Minyak pada Sumur Tua dengan Injeksi Kimia. Diakses
dari: http://mhs.blog.ui.ac.id/muhammad.agung/2011/10/19/peningkatan-produksi-minyak-pada-sumur-tua-dengan-injeksi-kimia/
pada tanggal 25 Juni 2013.